Cerita Seks Menikmati Bercinta Dengan Mama dan Tante Kandungku
Cerita Seks Menikmati Bercinta Dengan Mama dan Tante Kandungku
![]() |
Cerita Seks Menikmati Bercinta Dengan Mama dan Tante Kandungku |
Berita Terkini - Aku orang yang mungkin punya kelainan, menyukai orang dari keluargaku sendiri. Aku anak tunggal, mungkin karena aku tidak pernah bertemu wanita lainlah yang membuatku demikian. Sudah semenjak SMP aku mengenal yang namanya bokep, semenjak itu pula aku selalu membayangkan ibuku sambil mengocok penis di kamar mandi.
Ya, onani adalah kebiasaanku ketika pagi hari, akibat itulah
aku mulai tumbuh kumis tipis. Tapi aku rajin mencukurnya. Dan aku pun tak
jarang beronani ke celana dalam kotor ibuku, sambil sperma kutumpahkan di sana.
Ya, kelainan inilah yang ada pada diriku. Ibu dan ayah sudah bercerai semenjak
aku masih SD. Ibuku sebagai single fighter mampu menghidupi kami berdua.
Ayah telah menikah lagi dengan wanita lain, setahun sekali
mengunjungiku. Saat umur 16 tahun aku sekolah di SMA X. Awalnya ibuku ndak
setuju karena bakal jauh dari rumah. Namun karena dekat dengan rumah Tante Mesi,
akhirnya ibuku mengijinkanku.
Tante Mesi adalah tanteku, kakak dari ibuku. Umurnya
sekarang sih 40-an. Seorang ibu berjilbab besar. Ia ditinggal mati suaminya 3
tahun lalu. Dan sekarang hidup sendiri dengan dua orang anaknya, cewek semua.
Nama anaknya Irma dan Yulita. Tante Mesilah yang menganjurkan agar aku menginap
saja di rumahnya, jadi kalau hari sabtu dan minggu baru pulang. Ibuku bisa
mengunjungiku kapan saja. Usaha roti yang dikelolanya pun rasanya tak bisa
dilepaskan. Ibuku mempunyai usaha roti. Dan omsetnya cukup lumayan. Tanpa itu
aku tak bisa sekolah. Sedangkan Tante Mesi seorang PNS.
Aku sudah tinggal hampir satu semester di rumah Tante Mesi.
Ibuku menjengukku setiap 3 hari sekali, kadang juga 1 minggu sekali. Aku pulang
setiap Sabtu dan Minggu. Kegiatanku selama di rumah Tante Mesi, tentu saja
membantunya mencuci piring, pakaian dan juga membersihkan rumah. Terus terang Tante
Mesi sangat menyukai hasil kerjaku. Menjaga Irma dan Yulita yang masih sekolah
SD dan SMP juga membuatnya bangga punya ponakan seperti aku. Aku juga mengajari
keduanya dalam masalah pelajaran yang sulit di sekolah. Tante Mesi baru pulang
jam 16:00. Namun ia sudah sangat senang melihat hasil kerjaku membantunya.
Lalu bagaimana kebiasaanku onani, tidak berhenti juga. Kali
ini aku membayangkan tanteku sendiri. Melepas jilbabnya, lalu aku bayangkan ia
memperlihatkan seluruh tubuhnya. Aku sebenarnya iseng juga. HPku ada kamera,
dan aku gunakan untuk merekamnya ketika ia mandi. Dan selama ini tidak
ketahuan, bahkan ketika aku onani aku sambil melihat video tersebut. Biasanya
setelah onani aku sangat puas bisa membayangkannya.
Suatu malam Tante Mesi sedang nonton tv. Tampak anak-anaknya
sudah tidur. Aku tak ada kerjaan lain, akhirnya ikutan nonton juga. Kebetulan
saat itu tv-nya lagi main sinetron. Tante Mesi kali ini seperti biasa memakai
daster dan jilbabnya masih terjulur. Namun karena dasternya lengan pendek, aku
jadi bisa melihat betapa bersih keteknya. Bahkan sekilas warna branya bisa
terlihat ketika ia mengangkat ketiaknya. Warnanya hitam. Wajah Tante Mesi masih
mulus, dan ia tampak cantik malam itu.
Di tengah heningnya suasana nonton tv tersebut, ia tiba-tiba
menyeletukku, “Kamu sudah punya pacar Nan?”
Aku kaget dengan pertanyaanya, “Belum, tante”
Ia mendesah, “Masa’ belum, biasanya anak-anak SMA seumuran
kamu itu sudah punya lho”
“Beneran, suwer”, kataku.
“ohh.. ya udah”, katanya.
“Emang kenapa tanya begitu tante?”, tanyaku.
“Kamu jujur sama tante ya”, katanya.
Aku jadi penasaran.
“Kamu sering onani ke celana dalam tante ya?”, tanyanya.
JDERRR, aku bagai tersamber geledek. Aku pun diam lama.
“Berarti bener”, katanya.
“Maaf tante”, kataku.
“Jangan ulangi lagi ya”, katanya.
“Koq tante tahu?”, tanyaku.
“Ya tahulah, habis dicuci masih ada bercak putih. Kan tante
ndak keputihan koq bisa ada itu, ya berarti ada pria yang iseng”, katanya
sambil tersenyum.
“Maaf tan, habis….”,
“Kenapa?”
“Jujur Konan suka sama tante, tante orangnya baik, alim,
cantik, keibuan, siapa yang tidak suka dengan tante”, kataku.
Mendengar itu tampak Tante Mesi agak tersentak.
“Tapi aku tantemu, mbaknya ibumu, kamu ndak boleh gitu.
Lagian masih banyak cewek2 yang ada di luar sana. Aneh2 aja kamu ini, ntar aku
pulangin ke ibumu klo kamu nakal seperti ini”, katanya mengancam.
“Terserah tante deh, Konan sudah jujur. Awalnya Konan juga
merasa aneh punya perasaan ini, tapi sering ketemu tante jadinya begini. Terus
terang aku selalu membayangkan tante, kalau hal ini bikin tante marah atau
tidak suka, baiklah, Konan akan nge-kost sendiri saja. Besok Konan akan pergi”,
aku beranjak dari tempat dudukku.
“Konan!?”, kata Tante Mesi.
Aku masuk ke kamarku. Dan menutup pintu. Aku lalu berbaring.
Tampak Tante Mesi mengejarku. Ia lalu mengetuk pintu.
“Konan, buka pintunya!”, kata Tante Mesi. “Bukan begitu Konan,
kamu harus tahu aku ini bibimu, tantemu, masa’ kamu punya pikiran jorok seperti
itu? Konan….?”
Aku tak peduli. Aku tinggal tidur. Di dalam tidur aku
bermimpi bersama tanteku ngentot. Dan aku terbangun dalam keadaan celana basah.
Ahh…..sial. Aku segera mandi, karena hari ternyata sudah siang. Selesai mandi
tampak Tante Mesi berada di sofa. Ia menatapku. Mungkin ia mau melihat apa aku
benar-benar akan pergi dari tempat ini. Aku lalu masuk kamar.
“Konan, tunggu!”
Aku berjalan mundur lagi.
“Sini! duduk dekat tante!”, katanya.
Aku menurut.
“Maafkan soal tadi malam, aku tak bermaksud kasar kepadamu”,
kata Tante Mesi. “Terus terang perbuatanmu kemarin itu sungguh keterlaluan.
Tapi setelah tante berpikir panjang, mungkin itu karena kamu baru masa puber.
Maafkan tante. Kalau sampai ibumu tahu kamu tidak di sini, maka ia akan
khawatir dan aku tak mau hal itu terjadi. Baiklah terserah kamu mau onani pake
cd tante atau tidak, silakan asal kamu jangan pergi dari rumah ini.”
Aku koq seperti mendapatkan angin. “Serius?”
“Iya, tante serius”, kata Tante Mesi.
“Sebenarnya, bukan onani sih yang Konan inginkan, tapi
tante!”, kataku.
Tante tersenyum. Ia menarik nafas dalam-dalam. Tampaknya ia
memikirkan sesuatu.
“Baiklah, kamu boleh mencintai tante seperti pacar, kalau
itu maumu. Tapi jangan yang aneh-aneh. Ini aku lakukan agar ibumu tidak sedih”,
kata Tante.
“Aneh-aneh gimana tante?”, tanyaku.
“Ya aneh-aneh”, jawabnya.
Aku menggeleng, “Nggak ngerti”
“Kamu sudah onani masa’ ndak tau?”, tanyanya. “Mengajak yang
aneh-aneh ama tante, berbuat mesum.”
“ooo…”, kataku. “Siap”
Aku tersenyum senang. Dan ya, hari itu dimulailah
petualangan cintaku dengan Tante Mesi.
Kami benar-benar merasa seperti orang pacaran. Aku pun mulai
berani mencium pipinya, memegang tangannya, memeluknya. Ia benar-benar alim. Ia
melakukan itu hanya kalau tidak kelihatan Irma dan Yulita. Setiap hari aku
mengirimkan surat cinta kepadanya. Awalnya ia cuek, tapi lambat laun ada hal
yang aneh kurasakan kepadanya. Suatu ketika aku sendirian di rumah, tidak ada
siapapun. Iseng aku ke kamarnya. Di sana aku melihat buku harian. Dari situlah
aku tahu bahwa ia mulai menyukaiku. Contohnya:
Hari ini tgl 17 April,
Dia mencium keningku lagi, lalu memberikan surat cinta yang
indah. Ia keponakanku sendiri, haruskah aku mencintainya? Aku bingung sekarang.
Membiarkan diriku masuk ke hatinya, sedangkan aku tak bisa memasukkan dia ke
hatiku. Apakah aku telah jatuh cinta? Di saat ia bercerita tentang teman
wanitanya yang cerewet di sekolah aku cemburu. Oh tidak, aku jatuh cinta.
Aku tak membaca semuanya, paling tidak aku tahu bahwa
tanteku mulai mencintaiku.
Selesailah UAS semester 1. Besoknya libur panjang. Aku ijin
ke ibuku untuk beberapa hari di rumah Tante Mesi karena ada yang harus
dikerjakan. Irma dan Yulita ikut berlibur bersama sekolahnya. Jadi aku dan Tante
Mesi sendirian di rumah. Dan hari itu hari sabtu, harusnya aku pulang hari itu
menengok ibuku. Namun aku urungkan niat.
Tampak Tante Mesi memasak di dapur. Aku peluk dia dari
belakang, kucium wangi tubuhnya.
“Masak apa say?”, kataku.
“Masak sayur lodeh”, jawabnya.
“Kayaknya enak?” pujiku.
Kami lalu sarapan. Tak ada obrolan berarti. Setelah sarapan
kami beres2 rumah. Setelah itu kami capek, aku bersandar di sofa. Dan Tante
Mesi juga duduk disitu. Kami menonton tv, aku membiarkan Tante Mesi bersandar
di dadaku. Aku kali ini agak sedikit “berani”. Perlahan aku meraba payudaranya.
Awalnya tanganku ditepis, lalu aku pun merabanya lagi. Kali ini malah
dibiarkan. Kugesek-gesek bongkahan empuk itu, dan kurasakan puting mengeras
dari branya yang tebal dan daster itu. Berikutnya, aku pelorotkan sedikit
celanaku, dan peniskupun muncul.
“Ih, Konan, apa-apaan sih?”, tanyanya.
“Lho, ndak ngapa-ngapain tante koq”, kataku.
“Itu koq dikeluarin?”, tanyanya.
“Konan sudah lama ndak onani tante, pingin onani sambil
memegang tante”, kataku. “Plis tante, sudah kepalang tanggung nih”
Tanteku menelan ludah melihat penisku yang mengacung dan
keras.
“Kalo nggak boleh ya tante saja yang ngocokin”, sebenarnya
aku cuma bercanda.
“Baiklah”, katanya mengejutkan.
Mulanya aku nggak percaya, tapi ia amati seksama barang
ajaib itu. Perlahan-lahan ia pegang dengan jemarinya yang halus itu. Lalu
perlahan-lahan ia kocok dengan lembut sampai helm-ku mengeras. Ndak cuma itu,
buah pelerku diremas-remas juga. Ohhh….nikmat sekali. Baru kali ini penisku
dipegang cewek. Apalagi tanteku sendiri. Aku mulai meraba toketnya. Ia tak
protes. Ia pun mulai gelisah setelah lama mengocok punyaku.
“Tante boleh ya buka bajunya?”, tanyaku.
“Eh…ee…i…iya”, katanya.
Ohh my goossh…
Ia membuka dasternya dan jilbabnya.
“Jilbabnya nanti saja tante”, kataku.
Ia heran, tapi tak peduli. Ia kembali lagi mengurut
tongkolku. Aku pun makin bergairah setelah melihat bra-nya dan cd-nya yang
berwarna hitam tipis itu. Aku mencium bau harum, lalu mulai mencium bibirnya.
Fuck, kami benar-benar berpanggutan, ia masih mengocok penisku dan aku meremas
toketnya. Toketnya luar biadab. mungkin ukurannya 35D. Kami benar-benar
berciuman, saling menjilat lidah kami. Lalu aku pun membuka pengait bra-nya.
Tuing! dada itu menggantung. Ohh…indahnya, putingnya coklat, keras dan kencang.
Dadanya putih sekali dan harum. Aku menggigit-gigit toket itu, lalu menyusunya.
“Oh…Konan…ahh….ahhh….terus nak, oh, lupakan aku ini tantemu.
Ohh…iya, netek ke tante ya”, katanya merancau. Ia ternyata sudah haus sex.
Ndak butuh lama koq sekarang aku sudah menelanjanginya
selama ia menikmati sensasi rangsangan di toketnya. Lalu perlahan aku cium
perutnya, ia merebahkan diri ke sofa yang empuk dan panas itu. Kini kulebarkan
kedua pahanya. Tampak rambut yang tipis menghiasi vaginanya, ohh. ternyata ia
rajin mencukur. Akupun menyapunya, kujilati apa yang bisa dijilat di tempat
itu. Ia meremas kepalaku, rambutku dijambaknya, dan kedua pahanya mengapitku
erat, aku tak berhenti. bahkan klitorisnya kusapu, kuhisap, kulumat, dan
kugigit-gigit gemas. Lidahku menyeruak ke dalam lubangnya, rasa asin pelumasnya
tak kuhiraukan lagi. Bau khas wanitanya pun sekarang melekat di bibirku.
“Ahhh…Konan jangan, aaahhh….geli…aaaarggh….maaf Konan, tapi
tante keluar….AAAAHHHHH”, desahan panjang membuatku tersentak. Saat itulah ia
terkencing-kencing, aku menghindar. Tampak sofa banjir dengan air orgasmenya.
Nafasnya tersengal-sengal. Aku belum disepong nih, pikirku. Segera aku
menempatkan pahaku di antara kepalanya. Ia mengerti yang kuinginkan. Dengan
mata setengah terbuka karena kenikmatan orgasme ia pun menjilati kepala
penisku. OOOHHH….fuck tanteku ini. Ia jago banget. Ia mengurut penisku sampai
ke pangkal jadi tampak penisku mengeras hebat dan ia keluar masukkan kepala
penisku hingga separuh ke mulutnya. Ia lakukan itu sambil menyedotnya. Sesekali
ia menjilati ujung lubang kencing, ia putar-putar lidahnya di sana. Oh….kalau
begini aku bisa jebol nih.
“Udah sayang, aku mau masukin ke tempat itu. Masih perjaka
nih”, kataku.
Ia mengerti. Dibukanya pahanya. tampak vagina itu sangat
basah dan becek, Aku bersiap di atas, gaya misionari. Ia masih pakai
kerudungnya, lalu aku lepas kerudung itu, tampaklah rambutnya yang sedikit
berombak, yang aku tak pernah melihatnya kecuali dari videoku itu. Kini wanita
ini pasrah dan menginginkanku.
“Cepat masukin Konan, tante udah nggak tahan nih”, katanya.
“baiklah tante, tapi kira-kira kita sekarang ngapain tan?”
“ayolah Konan, fuck me Konan, fuck you! entotin tantemu ini”
“apakah tante ini jadi pelacur sekarang?”
“iya, tante ini sekarang jalang, pingin kontolmu, ayo
kontolin tante.”
Aku lega mendengar rancauannya itu. Ia benar-benar haus sex.
Jadi SLEEBB! Ouuwwwww…fuck!! Ia mengunci kakinya ke pinggangku. Ia menaikkan
pantatnya, otomatis punyaku masuk seluruhnya. Walaupun sudah punya 2 anak, tapi
vaginanya sangat rapet, mungkin karena tak pernah dipakai. Perutnya yang rata
itu membuatku bernafsu dan…owww…aku goyang akhirnya. Jemari kami saling
menyatu. tanteku tak mau lepas dariku, ia mengoyak penisku sepertinya, dan aku
menggerakkan maju mundur. Oh tidak, aku mau keluar rasanya, baru 2 menit
padahal.
“Tan, ndak kuat nih…ahh….ahh…AHHH”, kataku
“Keluarin nggak apa-apa, aaahh…”, katanya.
Dan CROOOOTTT, entah berapa kali tembakan yang pasti
tembakan perjaka yang dhaysat. Keras, dan banyak. Tanteku sampai tersentak
merasakannya, ia membelalak, dan melihatku sambil mengerutkan dahinya. Ia
melirik ke bawah sana. Ia meraba dengan jemarinya pangkal penisku yang masuk
penuh. Lama kami diam, tanteku memejamkan matanya, menikmati
setetes-demi-setetes sperma yang membasahi rahimnya setelah 3 tahun tidak
pernah dibasahi. Aku tak mencabut punyaku sampai penisku mengecil sendiri. Aku
lalu menarik tubuh tanteku dan kupangku. Ia memelukku, dada kami menyatu dan
aku menciumi bibirnya.
“Konan, ….kita tak boleh begini harusnya”, katanya.
“Tapi aku cinta tante”, kataku.
“Oh…Konan, ponakanku ini sekarang jadi suamiku”, katanya.
Aku meremas toketnya lagi, kami berpanggutan. Lama aku
begitu, mungkin sepuluh menit, hingga punyaku mengeras lagi. Kali ini aku suruh
dia nungging. Dengang doggy style, kami lebih lama lagi bercinta. Hasil
akhirnya 4 ronde kami puas, sofa itu basah sekali, oleh keringat, dan pejuh.
Total sehari penuh, tidak, 2 hari 3 malam, aku meladeni Tante Mesi yang rupanya
good in bed.
Hari ini Irma dan Yulita pulang ke rumah. Nanti siang kami
akan menjemput mereka di sekolah. Setelah itu aku akan pergi dari rumah Tante
Mesi tercinta. Hari itu tante sedang berdandan siap untuk pergi.
“Sayang”, kataku.
“Hai, sayang”, katanya. Kami sudah tidak ribut lagi
panggilan apapun. Asal di luar rumah sikap kami harus dirahasiakan.
“Hisap dong”, kataku sambil memelorotkan celanaku. Ia
tersenyum.
Kini Tante Mesi sedikit agak nakal dalam masalah sex. Ia
berlutut sambil mengulum penisku. Aku memaju mundurkan pantatku mencari celah
lidahnya. rambutnya kuremas-remas. Setelah 10 menit kemudian.
“Ohhh, Mesi, ooohh…pejuhku keluar!!”, kataku.
Muncratlah semuanya di dalam mulutnya. Ia menjilati
spermaku, dihabiskannya dan ditelannya.
“udah ah, pagi-pagi koq udah ginian. Nanti kamu pulang lho
jangan lupa”, katanya.
“Rasanya ndak ingin pulang aku”, kataku.
“Hush ndak boleh gitu. Kan setelah ini kita masih bisa
bersama lagi”, katanya.
“Iya sih”,
“Oya ada satu hal yang ingin kusampaikan”, katanya.
“Apa Mesi?”
“Aku masih subur, jadi…kalau nanti hamil bagaimana ya?”,
tanyanya.
“Lho? waduh….”, aku terkejut.
Ia tersenyum. “Nggak apa-apa, toh kamu yang jadi bapaknya”
Ia masih mengurut-urut penisku, lalu ia jilati sisa-sisa
sperma yang masih melekat di ujung lubangnya.
Hal itulah yang membuatku berpikir keras.
****
Ibuku sangat kangen padaku. Ketika aku datang ia langsung
memelukku. Saking kangennya aku mau makan dimanapun ia bakal mentraktirku.
“Kamu mau apa sekarang Konan? Ibu bakal ngasih deh”,
katanya. yang bener?
“Masa’ sih?”, tanyaku.
“Iya, mau makan di restoran mana ibu akan kasih, soalnya ibu
kangen sama anak ibu ini”, katanya sambil memelukku. Dadanya yang besar serasa
sesak di perutku. Aku lebih tinggi darinya.
“Kalau permintaan yang lain gimana?”, tanyaku.
“Apa?”, tanyanya.
“Semisal kepingin tidur sama ibu telanjang gitu?”, tanyaku
sambil tersenyum.
Ibuku tampak sedikit kaget dan mengerutkan dahi.
“Sekarang?”, tanyanya.
“Iyalah”, kataku.
Ia lalu mengunci pintu lalu melepaskan bajunya satu per
satu. WTF?
“Ayo, katanya mau tidur ama ibu telanjang?”, tanyanya
menantang.
Entah ibuku gila atau nggak, tapi aku nurut saja. Aku juga
telanjang sama seperti beliau. Kami pun tidur di kamarku. Ibuku tidur miring
dihadapanku. Tatapan mata kami penuh arti, disatu sisi ia kangen, di sisi lain
aku berdebar-debar. Aku baru kali ini melihat lagi tubuh moleknya ibuku tanpa
sehelai benang pun. Aku menelan ludah sampai ibuku mendengarnya. Dadanya besar,
putingnya coklat, rambut di vaginanya tampak lebat. Tapi ketiaknya mulus.
“Boleh Konan meluk ibu?”, tanyaku.
“Ya bolehlah, kenapa emangnya?”, tanyanya.
“Ah, nggak apa-apa bu”, kataku. Akupun memeluknya. Dadanya
menempel di dadaku. dahi kami bersentuhan, penisku menempel di perutnya. Rasa
hangat yang kurasakan.
“Kamu sudah dewasa ya Konan”, katanya. “Ibu kangen sekali”
“Konan juga”, kataku. Aku perlahan-lahan menempelkan bibirku
ke bibirnya. Kami berciuman. Kumulai berani membelai punggungnya, lalu meremas
bongkahan pantatnya. Kontolku sudah tegang sekali, kuyakin ibu juga
merasakannya. Apa ibu ndak tahu hal ini? Kami berciuman, dan saling
berpanggutan.
“Udah Konan, koq kita malah ginian seh?”, tanya ibu.
“Tapi Konan kepingin bu”, kataku.
Ibuku terdiam sesaat, tampaknya ia berpikir keras.
“Ibu lama ndak beginian, Konan ndak keberatan jadi partner
sex ibu? Sudah terlanjur begini”, katanya.
What? “Ya ndaklah, Konan sudah lama juga kepingin ngentotin
ibu sendiri”
Ibu tersenyum, tanpa babibu, kami langsung mengulum satu
sama lain. Nafas ibu memburu, ia tak ingat siapa aku lagi, aku juga demikian.
Aku sudah tak tahan untuk bisa menyusu kepadanya. Bibirku pun menancap di
puting susunya. Kuhisap kuat-kuat sambil kumainkan dengan lidahku.
“Ohh….iya nak, begitu seperti kamu bayi dulu….aahhhhh”, kata
ibuku.
Aku terus mengulum dan meremas payudaranya bergantian. Aku
hisap kuat-kuat seolah-olah di dalam dadanya itu masih ada ASI, entah itu ASI
atau tidak, tampaknya aku mengeluarkan sesuatu dari putingnya, rasanya agak
manis dan asam. Kemudian beliau tidak tinggal diam begitu saja, punyaku
diremas-remas dan diurut-urut. Merasa keenakan dengan hal ini, aku sedikit
berani untuk memasukkan jemari tanganku ke lubang memeknya yang jarang
ditumbuhi bulu itu. Hangat. Itulah tempatku dulu keluar, dan sekarang ini aku
bakal menikmatinya. Tanganku aku masuk dan keluarkan, sehingga seolah-olah
malah tampak seperti mengocok sesuatu. Lama sekali aku menyusu sambil mengoyak
vaginanya dengan jemariku. Ia pun hanya mengeluh ah dan uh saja.
Aku lalu bangun, lalu duduk di atas dadanya. Buah pelerku
menyentuh perutnya bagian atas. Dan punyaku tegak mengacung ke wajahnya.
Punyaku panjang, dan menyentuh bibirnya, seolah-olah ia faham maksudku. Ia
meremas tokednya, lalu dikempitnya batangku itu. Ohh…nikmatnya. Hangat sekali,
apalagi ditambah ia menjilati lubang kencingku. Ia terus memijat-mijat dadanya,
sementara kepala penisku dijilati. Aku terangsang sekali, tetesan sedikit mani
keluar dari lubang kencingku. Beliau melihat wajahku.
“Waah….Konan jadi anak nakal sekarang ya, gituin ibu”,
katanya.
“Habis ibu mau sih”, kataku.
“Minggir dulu sayang”, katanya.
Aku mengerti lalu minggir ke samping. Kini aku berlutut, dan
beliau langsung dengan rakusnya mengulum separuh penisku. Kepalanya maju mundur
memompa penisku. Ohh…tidak, enak banget. Lidahnya menari-nari di kepala
penisku, seolah-olah tak mau lepas dari situ. Aku berkali-kali berkata,
“Ohh..mom, fuck mom, fuck! enak banget…ahh….”
“Sudah, sudah bu, Konan malah keluar nanti klo sampai
begini”, kataku.
Ibuku menghentikan aktivitasnya. Sekarang aku serasa lemas,
tapi kemudian jadi bersemangat ketika beliau balik badan menungging.
“Konan, tolong, masukkan ya?! please….masukkan punyamu yang
gedhe itu nak”, katanya.
Tanpa babibu langsung, SLEEEBBB! Wah mantab, pas! Aku lalu
bergerak maju mundur. Tapi tampaknya ibu tak ingin berlama-lama begini, ia
sepertinya sudah mau keluar, tampak ia menggoyang sendiri pinggulnya. Punyaku
serasa dikoyak-koyak, ohh…nikmatnya. Gila, klo gini terus aku bakal ngecret di
tempat aku dibuat dulu. AHHH….Tuh kan, aku sempat nyemprot sekali, tapi aku
tahan sekuat tenaga agar jangan keluar dulu, nunggu beliau keluar dulu.
“Ohh…tidak bu, ahh….nggak tahan…Konan ndak tahan, terlalu
nikmat”, kataku.
“Tenang Konan, ibu mau keluar
nih…aaaaaahh…ahh..ah…ahhh.oh….ohh…aaaaaa AAAHHHH”, jeritan panjang ibuku sambil
pantatnya bergetar menandakan ia telah orgasme, punyaku serasa dijepit oleh
daging yang kenyal. Aku meremas tokednya, sambil terus maju-mundur, dan akupun
tak sanggup lagi.
“Aduh…aduh…aduh…gimana ini, di luar apa di dalem?”, tanyaku.
“Dalam gak papa”, katanya.
“AAAAHHHHH”, CROOOT..CROOOTTT….CROOOTTT….perlu diketahui,
aku nyembur banyak sekali. Lebih dari sepuluh tembakan, Ibuku lemas tengkurap,
sambil pantatnya masih menungging, membiarkan penisku mendapatkan sensasi
kenikmatan. Penisku sangat ngilu, ketika aku cabut dari lubang itu.
Cairan kental putih mengalir dari lubang yang aku semproti
tadi. Mengalir ke paha, lalu jatuh di sprei. Aku lalu berbaring di sebelah
ibuku.
Post a Comment