Cerita Seks Hasrat Ingin Menyutubuhi Adik Iparku
Cerita Seks Hasrat Ingin Menyutubuhi Adik Iparku
![]() |
Cerita Seks Hasrat Ingin Menyutubuhi Adik Iparku |
Liputan Berita Terkini - Kehidupan terus berjalan. Usia kandungan istri saya
menginjak bulan ke-4. Tahu sendirilah bagaimana kondisi perempuan kalau sedang
hamil muda. Bawaannya malas melulu. Tapi untuk urusan pekerjaan dia sangat
bersemangat.
Dia memang pekerja yang ambisius. Berdedikasi, disiplin, dan
penuh tanggung jawab. Karena itu jadwal keluar kota tetap dijalani. Kualitas
hubungan seks kami makin buruk. Dia seakan benar-benar tak ingin disentuh
kecuali pada saat benar-benar sedang relaks. Saya juga tak ingin memaksa.
Karenanya saya makin sering beronani diam-diam di kamar mandi. Kadang-kadang
saya kasihan terhadap diri sendiri. Kata-kata Mbak Raya sering
terngiang-ngiang, terutama sesaat setelah sperma memancar dari penis saya.
“Kacian adik iparku ini..” Tapi saya tak punya pilihan lain. Saya tak suka
“jajan”. Maaf, saya agak jijik dengan perempuan lacur.
Tiap kali beronani, yang saya bayangkan adalah wajah Mbak
Raya atau si bungsu Rosa, bergantian. Rosa telah tumbuh menjadi gadis yang benar-benar
matang. Montok, lincah. Cantik penuh gairah, dan terkesan genit. Meskipun masih
bersikap manja terhadap saya, tetapi sudah tidak pernah lagi bergayutan di
tubuh saya seperti semasa saya ngapelin kakaknya. Saya sering mencuri pandang
ke arah payudaranya. Ukurannya sangat saya idealkan. Sekitar 34. Punya istri
saya sendiri hanya 32.
Seringkali, di balik baju seragam SMU-nya saya lihat gerakan
indah payudara itu. Keinginan untuk melihat payudara itu begitu kuatnya. Tapi
bagaimana? Mengintip? Di mana? Kamar mandi kami sangat rapat. Letak kamar saya
dengannya berjauhan. Dia menempati kamar di sebelah gudang. Yang paling ujung
kamar Mak Jah, pembantu kami. Setelah kamar Mayang, kakak Rosa, baru kamar
saya. Kamar kami seluruhnya terbuat dari tembok. Sehingga tak mugkin buat
ngintip. Tapi tunggu! Saya teringat gudang. Ya, kalau tidak salah antara gudang
dengan kamar Rosa terdapat sebuah jendela. Dulunya gudang ini memang berupa
tanah kosong semacam taman. Karena mertua butuh gudang tambahan, maka
dibangunlah gudang. Jendela kamar Rosa yang menghadap ke gudang tidak
dihilangkan. Saya pernah mengamati, dari jendela itu bisa mengintip isi kamar Rosa.
Sejak itulah niat saya kesampaian. Saya sangat sering
diam-diam ke gudang begitu Rosa selesai mandi. Memang ada celah kecil tapi tak
cukup untuk mengintip. Karenanya diam-diam lubang itu saya perbesar dengan
obeng. Saya benar-benar takjub melihat sepasang payudara montok dan indah milik
Rosa. Meski sangat jarang, saya juga pernah melihat kemaluan Rosa yang ditumbuhi
bulu-bulu lembut.
Tiap kali mengintip, selalu saya melakukan onani sehingga di
dekat lubang intipan itu terlihat bercak-bercak sperma saya. Tentu hanya saya
yang tahu kenapa dan apa bercak itu. Keinginan untuk menikmati tubuh Rosa makin
menggelayuti benak saya. Tetapi selalu tak saya temukan jalan. Sampai akhirnya
malam itu. Mertua saya meminta saya mendampingi Rosa untuk menghadiri Ultah
temannya di sebuah diskotik. Ibu khawatir terjadi apa-apa. Dengan perasaan luar
biasa gembira saya antar Rosa. Istri saya menyuruh saya membawa mobil. Tapi
saya menolak. “Kamu kan harus detailing. Pakai saja. Masa orang hamil mau naik
motor?” Padahal yang sebenarnya, saya ingin merapat-rapatkan tubuh dengan Rosa.
Kami berangkat sekitar pukul 19.00. Dia membonceng. Kedua
tangannya memeluk pinggang saya. Saya rasakan benda kenyal di punggung saya.
Jantung saya berdesir-desir. Sesekali dengan nakal saya injak pedal rem dengan
mendadak. Akibatnya terjadi sentakan di punggung. Saya pura-pura tertawa ketika
Rosa dengan manja memukuli punggung saya.
“Mas Nando genit,” katanya.
Pada suatu ketika, mungkin karena kesal, Rosa bahkan tanpa
saya duga sengaja menempelkan dadanya ke puggung saya. Menekannya.
“Kalau mau gini, bilang aja terus terang,” katanya.
“Iya iya mau,” sahut saya.
Tidak ada tanggapan. Rosa bahkan menggeser duduknya,
merenggang. Sialan.
Malam itu Rosa mengenakan rok span ketat dan atasan tank
top, dibalut jaket kulit. Benar-benar seksi ipar saya ini.
Di diskotik telah menunggu teman-teman Rosa. Ada sekitar
15-an orang. Saya membiarkan Rosa berabung dengan teman-temannya. Saya memilih
duduk di sudut. Malu dong kalau nimbrung. Sudah tua, ihh. Saya hanya mengawasi
dari kejauhan, menikmati tubuh-tubuh indah para ABG. Tapi pandangan saya selalu
berakhir ke tubuh Rosa. She is the most beautiful girl. Di antara saudara istri
saya Rosa memang yang paling cantik. Tercantik kedua ya Mbak Raya, baru Yeni,
istri saya. Mayang yang terjelek. Tubuhnya kurus kering sehingga tidak
menimbulkan nafsu.
Sesekali Rosa menengok ke arah tempat duduk saya sambil
melambai. Saya tersenyum mengangguk.
Mereka turun ke arena. Sekitar tiga lagu Rosa
menghampiri saya.
“Mas Nando udah pesan minum?” tanyanya.
Dagu saya menunjuk gelas berisi lemon tea di depan saya.
Saya tak berani minum minuman beralkohol, meski hanya bir. Saya pun bukan
pecandu.
“Kamu kok ke sini, udah sana gabung temen-temen kamu,” kata
saya.
Janjinya Rosa dkk pulang pukul 22.00. Tadi ibu mertua juga
bilang supaya pulangnya jangan larut.
“Nggak enak liat Mas Nando mencangkung sendirian,” kata Rosa
duduk di sebelah saya.
“Sudah nggak pa-pa.”
“Bener?” Saya mengangguk, dan Rosa kembali ke grupnya.
Habis satu lagu, dia mendatangi saya. Menarik tangan saya.
Saya memberontak.
“Ayo. Nggak apa-apa, sekalian saya kenalin ama temen-temen.
Mereka juga yang minta kok.”
Saya menyerah. Saya ikut saja bergoyang-goyang. Asal goyang.
Dunia diskotik sudah sangat lama tidak saya kunjungi. Dulupun saya jarang
sekali. Hampir tidak pernah. Saya ke diskotik sekedar supaya tahu saja kayak
apa suasananya.
Sesekali tangan Rosa memegang tangan saya dan
mengayun-ayunkannya. Musik bener-benr hingar-bingar. Lampu berkelap-kelip, dan
kaki-kaki menghentak di lantai disko. Sesekali Rosa menuju meja untuk minum.
Menjelang pukul 22.00 sebagian teman Rosa pulang. Saya
segera mengajak Rosa pulang juga.
“Bentar dong Mas Nando, please,” kata Rosa.
Astaga. Tercium aroma alkohol dari mulutnya.
“Heh. Kamu minum apa? Gila kamu. Sudah ayo pulang.” Segera
saya gelandang dia.
“Yee Mas Nando gitu deh.” Dia merajuk tapi saya tak peduli.
Ruangan ini mulai menjemukan saya.
“Udah dulu ya bro, sis. Satpam ngajakin pulang neh.”
“Satpam-mu itu.”
Saya menjitak lembut kepala Rosa. Rosa memang minum alkohol.
Tak tahu apa yang diminumnya tadi. Dia pun terlihat sempoyongan. Saya jadi
cemas. Takut nanti kena marah mertua. Disuruh jagain kok tidak bisa. Tapi ada
senangnya juga sih. Rosa jadi lebih sering memeluk lengan saya supaya tidak
sempoyongn.
Kami menuju tempat parkir untuk mengambil motor. Saya bantu Rosa
mengenakan jaket yang kami tinggal di motor. Saya bantu dia mengancing
resluitingnya. Berdesir darah saya ketika sedikit tersentuk bukit di dadanya.
“Hayoo, nakal lagi,” katanya.
“Hus. Nggak sengaja juga.”
“Sengaja nggak pa-pa kok Mas.”
Omongan Rosa makin ngaco. Dia tarik ke bawah resletingnya.
Dan sebelum saya berkomentar dia sudah berkata, “Masih
gerah. Ntar kalau dingin Rosa kancingin deh.”
Segera mesin kunyalakan, dan motor melaju meninggalkan
diskotik SO.
Sungguh menyenangkan. Rosa yang setengah mabuk ini seakan
merebahkan badannya di punggung saya. Kedua tangannya memeluk erat perut saya.
Jangan tanya bagaimana birahi saya. Penis saya menegang sejak tadi. Dagu Rosu
disadarkan ke pundak saya. Lembut nafasnya sesekali menyapu telinga saya. Saya
perlambat laju motor. Benar-benar saya ingin menikmati. Lalu saya seperti
merasa Rosa mencium pipi saya. Saya ingin memastikan dengan menoleh. Ternyata
memang dia baru saja mencium pipi saya. Bahkan selanjutnya dia mengecup pipi
saya. Saya kira dia benar-benar mabuk.
“Mas Nando, Rosa pengen pacaran dulu,” katanya mengejutkan
saya.
“Pacaran sama Mas Nando? Gila kamu ya.” Penis saya makin
kencang.
“Mau enggak?”
“Kamu mabuk ya?” Dia tak menjawab. Hanya pelukannya tambah
erat.
“Mas..”
“Hmm”
“Mas masih suka coli?”
“Hus. Napa sih?”
“Pengen tahu aja. Mbak Yeni nggak mau melayani ya?”
“Tahu apa kamu ini.”
Saya sedikit berteriak. Saya kaget sendiri. Entah kenapa
saya tidak suka dia omong begitu, Mungkin reflek saja karena saya dipermalukan.
“Sorry. Gitu aja marah.” Rosa kembali mencium pipi saya.
Bahkan dia tempelkan terus bibirnya di pipi saya, sedikit di
bawah telinga.
“Saya horny Ros.”
“Kapan? Sekarang? Ahh masak. Belum juga diapa-apain”
Saya raih tangannya dan saya taruh di penis saya yang menyodok
celana saya. Terperanjat dia. Tapi diam saja. Tangannya merasakan sesuatu
bergerak-gerak di balik celana saya.
“Pacaran ama Rosa mau nggak?” kata Rosa. Aroma alkohol
benar-benar menyengat.
“Di mana? Lagian udah malam. Nanti Ibu marah kalau kita
pulang kemalaman.”
“Kalau ama Mas Nando dijamin Ibu gak marah.”
“Sok tahu.”
“Bener. Ayuk deh. Ke taman aja. Tuh deket SMA I ajak. Asyik
lagi. Bentar aja.”
Tanpa menunggu perintah, motor saya arahkan ke Taman KB di
seberang SMU I. Taman ini memang arena asyik bagi mereka yang seang berpacaran.
Meski di sekitarnya lalu lintas ramai, tapi karena gelap, yaa tetap enak buat
berpacaran.
Kami mencari bangku kosong di taman. Sudah agak sepi jadi
agak mudah mencarinya. Biasanya cukup ramai sehingga banyak yang berpacaran di
rumputan. Begitu duduk. Langsung saja Rosa merebahkan kepalanya di dada saya.
Saya tak mengira anak ini akan begini agresif. Atau karena pengaruh alkohol
makin kuat? Entahlah. Kami melepas jaket dan menaruhnya di dekat bangku.
“Kamu kan belum punya pacar, kok sudah segini berani Ros?”
tanya saya.
“Enak aja belum punya pacar.” Dia protes.
“Habis siapa pacar kamu?” Saya genggam tangannya. Dia
mengelus-elus dada saya.
“Yaa ini.” Dia membuka kancing kemeja saya. Saya makin yakin
dia diracuni alkohol. Tapi apa peduli saya. Inilah saatnya.
Saya kecup keningnya. Matanya. Hidung, pipi, lalu bibirnya.
Dia tersentak, dan memberikan pipinya. Saya kembali mencari bibirnya. Saya
kecup lagi perlahan. Dia diam. Saya kulum. Dia diam saja. Benarkah anak ini
belum pernah berciuman bibir dengan cowok?
“Kamu belum pernah melakukan ya?” kata saya.
Dia tak menjawab. Saya cium lagi bibirnya. Saya julurkan
lidah saya. Tangannya meremas pinggang saya. Saya hisap lidahnya, saya kulum.
Tangan saya kini menjalar mencari payudara. Dia menggelinjang tetapi membiarkan
tangan saya menyusiup di antara celah BH-nya. Ketika saya menemukan bukit
kenyal dan meremasnya, dia mengerang panjang. Kedua kakinya terjatuh dari
bangku dan menendang-nendang rumputan. Saya buka kancing BH-nya yang terletak
di bagian depan. Saya usap-usap lembut, ke kiri, lalu ke kanan. Saya remas,
saya kili-kili. Dia mengaduh.
Tangannya terus meremasi pinggang dan paha saya.
“Mas Nando..”
“Hmm”
“Please.. Please.”
Saya mengangsurkan muka saya menciumi bukit-bukit itu. Dia
makin tak terkendali. Lalu, srrt srrt..srrt. Sesuatu keluar dari penis saya.
Busyet. Masa saya ejakulasi? Tapi benar, mani saya telah keluar. Anehnya saya
masih bernafsu. Tidak seperti ketika bersetubuh dengan Yeni. Begitu mani
keluar, tubuh saya lemas, dan nafsu hilang. Saya juga masih merasakan penis
saya sanggup menerima rangsangan. Saya masih menciumi payudara itu, menghisap
puting, dan tangan saya mengelus paha, menyelinap di antara celap CD. Membelai
bulu-bulu lembut. Menyibak, dan merasakan daging basah. Mulut Rosa terus
mengaduh-aduh. Saya rasakan kemaluan saya digeggamnya. Diremas dengan kasar,
sehingga terasa sakit. Saya perlu menggeser tempat duduk karena sakitnya.
Agaknya dia tahu, dan melonggarkan cengkeramannya.
Lalu dia membuka resluiting celana saya, merogoh isinya.
Meremas kuat-kuat. Tapi dia berhenti sebentar.
“Kok basah Mas?” tanyanya. Saya diam saja.
“Ehh, ini yang disebut mani ya?”
Sejenak situasi kacau. Ini anak malah ngajak diskusi sih.
Dia cium penis saya tapi tidak sampai menempel. Kayaknya dia mencoba membaui.
“Kok gini baunya ya? Emang kayak gini ya?
“Heeh,” jawab saya lalu kembali memainkan kelaminnya.
“Asin juga ya?”
Dia mengocok penis saya dengan tangannya.
“Pelan-pelan Ros. Enakan kamu ciumin deh,” kata saya.
Tanpa perintah lanjutan Rosa mencium dan mengulum penis
saya. Uhh, kasarnya minta ampun, Tidak ada enaknya. Jauhh dengan yang dilakukan
Mbak Raya. Berkali-kai saya meminta dia untuk lebih pelan. Bahkan sesekali dia menggigit
penis saya sampai saya tersentak. Akhirnya saya kembali ejakulasi. Bukan oleh
mulutnya tapi karena kocokan tangannya. Setelah itu sunyi. Saya lemas. Saya
benahi pakaian saya. Dia juga membenahi pakaiannya. Tampaknya dia telah
terbebas dari pengaruh alkohol. Wajahnya yang belepotan mani dibersihkan dengan
tissu.
“Makasih pelajarannya ya Mas.” Dia mengecup pipi saya.
“Tapi kamu janji jaga rahasia kan?” Saya ingin memastikan.
“Iyaah. Emang mau cerita ama siapa? Bunuh diri?”
“Siapa tahu. Pokoknya just for us! Nobody else may knows.”
Dia mengangguk. Kami bersiap-siap pulang. Sepanjang
perjalanan dia memeluk erat tubuh saya. Menggelendot manja. Dan pikiran waras
saya mulai bekerja. Saya mulai dihinggapi kecemasan.
“Ros..”
“Yaa”
“Kamu nggak jatuh cinta ama Mas Nando kan? Everyting just
for sex kan?”
“Tahu deh.”
“Please Ros. Kita nggak boleh keterusan. Anggap saja tadi
kita sedang mabuk.” Saya menghentikan motor.
“Iya deh.”
“Bener ya? Ingat, Mas Nando ini suami Mbak Yeni.”
Dia mengangguk mengerti.
“Makasih Ros.” Saya kembali menjalankan motor.
“Apa yang terjadi malam ini, tidak usahlah terulang lagi,”
kata saya.
Saya benar-benar takut sekarang. Saya sadari, Rosa masih
kanak-kanak. Masih labil. Dia amat manja. Bisa saja dia lepas kendali dan tak
mengerti apa arti hubungan seks sesaat. Lalu saya dengar dia sesenggukan.
Menangis. Untunglah dia menepati janji. Segalanya berjalan seperti yang saya
harapkan. Saya tak berani lagi mengulangi, meskipun kesempatan selalu terbuka
dan dibuka oleh Rosa. Saya benar-benar takut akibatnya. Saya tidak mau
menhancurkan keluarga besar istri saya. Tak mau menghancurkan rumah tangga
saya.
Saya hanya menikmati Rosa di dalam bayangan. Ketika sedang
onani atau ketika sedang bersetubuh dengan Yeni. Sesekali saja saya membayangkan
Mbak Raya.
HANYA DENGAN 20.000 BERMAIN SEPUASNYA ^^
ReplyDeleteKELEBIHAN http://wayangpokerblog.blogspot.co.id/ :
:: Permainan 100% fair play
:: Player vs Player
:: No Bot & Admin !!!
:: Proses transaski yang SUPER CEPAT
:: Cukup hanya dengan 1 User ID dapat bermain 4 Game
:: Dilayani cs kami yang ramah
:: AGEN POKER AMAN DAN TERPERCAYA
:: REAL GAMES AND REAL MONEY
:: Bonus Referral 20% Seumur Hidup
:: Bonus Turnover 0.5% Setiap Hari jam 12 Siang
DAN MASIH BANYAK LAGI KELEBIHAN LAIINYA :)
MUDAH DAFTARNYA , MUDAH MAINNYA , MUDAH MENANGNYA !!!!!!
Contact Us :
BB : 2BE326CC
Telp : +85512804273