Cerita Seks Bercinta Dengan Mama Kandungku Sendiri
Cerita Seks Bercinta Dengan Mama Kandungku Sendiri
Berita Terkini - Namaku Agyo panggil saja Gyo.. Irene nama mamaku, wanita
setengah baya berumur 48thn. Tapi aku sendiri tidak yakin dia adalah mamaku.
Bagaimana tidak. Dia sendiri orang Tionghoa, aku tak ada satupun perawakan
orang tionghoa. Kulit mamaku putih, matanya agak sipit, aku sendiri tidak,
kulitku sawo matang, mataku sipit saja tidak. Hanya saja kata orang aku itu
ganteng alias hitam ma
Hal ini baru diketahui setelah aku lahir. Dan semenjak
itulah mamaku pisah dengan papa. Siapa papaku sebenarnya, sampai sekarang mama
tidak pernah menceritakannya. Bahkan setelah aku sudah dewasa pun tak pernah
mama memberitahukanku. Namun satu yang pasti, aku selalu dimanja oleh mamaku.
Kami tinggal di sebuah apartemen. Kami sering berbagi.
Berbagi makanan, kadang juga berbagi baju, ketika baju mama habis ia pun pinjam
bajuku. Mamaku termasuk pekerja yang ulet. Kami punya toko yang menjual
alat-alat kosmetik, buka dari jam 8 sampai jam 17. Kadang juga aku harus
membantu mama menjaga toko, walaupun ada pekerjanya juga sih. Entah alasan apa
sampai sekarang mama tidak menikah lagi. Kata mama semenjak pisah dengan papa,
mama pergi dari tempat kelahirannya dan menetap di kota ini.
Usiaku sudah 17 sekarang. Dan inilah yang salah. Kami
terlalu bebas di rumah. Mama mungkin masih mengira aku anak kecil, padahal
kontol aja sudah disunat (iya walaupun kami orang tionghoa tapi aku muslim).
Mama terkadang juga cuma pake baju tipis tanpa bra di rumah. Bahkan tidak
malu-malu buka baju di kamar. Dan sebenarnya kamar kami pun masih satu, tidak
terpisah. Aku bahkan kadang ketika tidur masih ngelonin mama, walaupun ndak
sampai bertindak jauh. Namun tentunya hal itu bikin aku sendiri ndak nyaman
tentunya. Pernah aku tidur di ruang tamu saja, tapi mama malah marah-marah.
Yah, akhirnya harus aku ikuti saja.
Apalagi aku sekarang sudah mengerti apa yang namanya
hubungan suami istri. Sudah ngerti juga bokep, sudah ngerti bagaimana caranya
bercinta. Mungkin akibat pubertas inilah kejadian itu terjadi.
Saat itu seperti biasa, aku ada di rumah suntuk banget
sedang nonton tv. Mindah-mindah channel ndak jelas. Sesekali aku membalesi BBM
dari teman-temanku. Mereka ngajak aku hangout esok tapi aku tolak. Lagi males
kemana-mana. Lagian minggu depan sudah final exam. Buat apa habisin waktu
keluar ndak jelas?
Aku dikejutkan dengan kedatangan mama membawa sebuah kotak
dengan lilin di atasnya. Aku pun sumringah.
“Mama?” aku kaget ternyata ini hari ulang tahunku. Aku
sampai lupa.
“Selamat ulang tahun sayang,” katanya. “Sekarang udah 17
tahun ya?”
“Ampun, mama ingat ultahku. Aku aja ndak ingat,” kataku.
“Masa’ sama anak sendiri ndak ingat?” kata mama.
Akhirnya aku meniup lilinnya lalu kami merayakan pesta
kecil. Kami pun saling menyuapi kue ulang tahun.
“Nah, sekarang kamu mau hadiah apa dari mama, mama kasih
deh?” tanya mama.
Entah kenapa mama sekarang ini seperti orang yang paling
cantik bagiku. Wajahnya masih cantik, bahkan aku yang sudah terbiasa dengan
bentuk tubuh mamaku tiap hari pun merasa ia adalah wanita sempurna.
“Aku sih ndak mau hadiah apa-apa sih ma,” jawabku.
“Nih, mama beliin buat kamu,” mama mengeluarkan sebuah
arloji.
“Wow!” aku terkejut. Pasti itu arloji mahal banget. Merk
Seiko, elegan banget. “Makasih ya ma,”
Aku memeluk dan mencium pipi mama. Mama menciumku balik,
tapi entah kenapa malah nyasar ke bibirku. Tapi aku sih cuek. Mungkin salah
sasaran kepingin mencium pipi.
“Ya udah, mama mau masak dulu,” katanya. “Udah sore nih,
mandi sana!”
Hari itu kami makan malam di rumah. Mama masak kalkun, hari
itu menjadi hari perayaanku. Jam sudah menunjukkan pukul 23.00. Aku sudah mau
beranjak tidur. Mama sendiri membereskan semuanya mematikan lampu ruang tengah
dan masuk kamar. Dan seperti biasa kami tidur seranjang.
Aku langsung merebahkan diriku. Mama juga demikian. Saat
itulah kami berbincang-bincang sebentar.
“Kamu tidak punya pacar, Gyo?” tanya mama.
“Tidak mam,” kataku.
“kenapa? kau jarang gaul ya?” tanya mama.
“Belum kepikiran mam, kepingin belajar dulu sampe pinter,
trus kerja yang bener baru deh mikirin pacar. Kasihan mama kalau kerja melulu,”
kataku.
“Kamu ini, ya udahlah,” kata mamaku.
Aku peluk mamaku. Awalnya tak ada perasaan aneh. Bahkan
biasa saja, karena memang tiap hari aku juga meluk mamaku kalau tidur. Malam
itu aku bermimpi. Mungkin ini yang disebut mimpi basah. Aku bermimpi bercinta
ama mamaku. Entah bagaimana pokoknya setelah mimpi itu aku terbangun. Kamar
masih gelap. Aku melihat jam masih jam 3.
Gila kenapa aku malah mimpiin mama sendiri? Posisiku sudah
berubah. Memang aku memeluk mama tapi sekarang mama ada di hadapanku. Kami
berpelukan. Terdengar dengkuran halus mama. Lho, perasaan mama tadi pakai baju
deh, koq sekarang nggak? Aku bisa merasakan kulit mama dan eh benar, mama ndak
pake baju. Aku makin terkejut setelah merasakan kalau mama cuma pake bra kaos
dan CD. Dan akibat aku horni dari bermimpi kontolku ngaceng berat sekarang. Dan
menekan perut mama. Duh, gimana ini?
Aku pun beranikan diri untuk memegang buah dadanya. Dari bra
kaos itu, aku bisa merasakan putingnya. Aku pun memijat dan meremas buah
dadanya. Sesekali puting itu aku sentuh dan kuusap. Mama menggeliat. Saat
menggeliat aku diam. Namun setelah ia tenang aku teruskan lagi. Aku tak bisa
melihat wajah mama karena lampu kamar memang dimatikan. Namun aku kemudian
mendengar suara lirih, “Kamu bikin mama kepengen.”
DEG aku terkejut.
“Mm…maaf ma,” kataku. Aku menarik tanganku, tapi mama malah
menarik tanganku untuk tetap di dadanya.
“Shh…gak apa-apa, lanjutin aja!” katanya.
Aku setelah itu melanjutkan aktivitasku lagi. Kali ini yang
keluar dari mulut mama adalah desahan. Lama kelamaan mama pun mengusap-usap
penisku dari luar kolorku.
“Udah besar,” kata mama. “Mama kepengen dan cuma kamu yang
ada. Kalau kamu tak keberatan berikan keperjakaanmu buat mama ya Gyo?”
Aku diam membisu. Bingung mau jawab apa. Kemudian aku
berkata, “Tapi…akukan anakmu ma?”
“Sudah kepalang tanggung,” kata mama. Ia tiba-tiba mencium
bibirku. Ia memanggutku, dan seketika itu pula suasana menjadi panas. Mama
memangutku dengan ganas.
Aku hanya bisa mengimbanginya dan menerima apapun yang
dilakukan mama. Ia melepaskan bra dan CD-nya. Ia pun menarik kolorku. Kemudian
dalam ketelanjangan kami bergumul, saling mencium, menghisap. Ia menciumi
tubuhku anaknya sendiri. Mama pun mengocok penisku, diurut-urut, lalu ia pergi
ke bawah dan tiba-tiba sudah mengulum penisku.
“Ulalaaaaa…Oh…ma…enak banget,” kataku.
Ia mengulum kepala penisku, dipermainkannya dengan lidahnya.
Lalu dengan satu gerakan ia masukkan ke mulutnya hingga separuh penisku
tenggelam di dalam mulutnya. Kepalanya naik turun di bawah sana. Ia juga aktif
memijat-mijat buah pelerku. Aku…aku tak kuat lagi…rasanya mau nyembur.
“Maa…aku keluar maaa….aduh…aaaahhhhhh,” aku berteriak saat
spermaku keluar dari penisku. Tapi mama sama sekali tak menghindar. Ia tampung
seluruh spermaku. Ditelannya bulat-bulat. Aku sampai mendengar bunyi glup! ia
menelan semuanya. Dijilatinya penisku sampai bersih.
Tapi penisku tidak loyo, masih tegang.
“Dasar penis perjaka, tidak cukup sekali,” katanya. Kini
mama menaikiku. Diposisikan penisku di mulut vaginanya. Lalu bless….penisku sudah
ditelan oleh liang senggamanya. “Gyo…puasin mama Gyo, ohhh…mama sudah lama
tidak beginian…Ouuuuughhh ngentoootttt…ngentoooottttt”
Mama pun naik turun. Mamaku termasuk wanita yg merawat
badannya. Toketnya masih montok, padat dan sekal. Putingnya pun mengacung. Ah,
aku jadi enak gini. Batasan kami sebagai ibu dan anak pun udah kabur. Mamaku
menaik turunkan pantatnya sampai ia sendiri. Terdengar suara beradunya
pantatnya dengan selakanganku.
“Maaa….aduuuhhh…enaaaak maaaa…enaaaakkkk,” kataku.
“Gyo, aduuuhhhh…mama mau nyampe..sayaaang..mama mau
keluaaarrr…ouuuuhhh..ngentttooott Gyoooo,” kata mama. Ia makin cepat mengocok
penisku dan menggesek-geseknya maju mundur. Aku meremas dada mama dan ia pun
ambruk ke atas dadaku. Kami saling berpanggut sesaat sampai rasa-rasa orgasme
mama hilang. Setelah itu mama bergeser. Aku beralih ke atasnya.
“Mam, Gyo masuk ya?” tanyaku.
“Iya sayang, ayo kentot mama sayaaang!” katanya manjaa
Akhirnya kumasukkan penisku. Aku sudah terangsang banget.
Penisku makin tegang. Bless hangat rasanya. Aku menggenjot mamaku, kupeluk
mamaku dan pantatku naik turun. Penisku menggesek-gesek dinding kemaluan mama
dengan cepat lebih cepat lagi. Ohhh…gilak enak banget ulalaaaaaa. Kepala
penisku sudah gatal ingin muncrat rasanya.
“Ma, keluar ma, Gyooo keluarrr..adduuuhhh maaaa…ooohhhhh
aduuhhh nikmattt!” kataku.
“Keluarin saja sayang, mama juga nyampe lagi….aahhh…mama
keluaaaarrrrr !” katanya dengan merintih rintih keenakan
Kami keluar bersamaan. Lega banget rasanya plong….Tapi, setelah
itu aku menyesal. Kenapa ama mama sendiri? Perlahan-lahan aku mencabut punyaku
dan terkapar di sebelah mama. Mama menutup matanya dengan lengan kanannya.
Ketiaknya terlihat putih mulus.
“Ma, kenapa kita malah melakukan ini? maafin Gyo ya. Gyo
sayang sama mama, tapi…” bibirku ditutup oleh telunjuk Mama.
“Sudah Gyo, mama juga sebenarnya salah. Udah deh. Ndak usah
dipikirkan,” katanya. “Sini peluk mama Gyo!”
Aku lalu memeluknya. Kami lalu tidur sampai pagi.
Paginya semuanya aneh. Berasa aneh karena aku bangun duluan.
Kebetulan juga ini hari Minggu. Toko tutup. Mama masih berada di pelukanku
tanpa busana lagi. Kontolku ngaceng sudah pasti, aku pun mencari-cari
lubangnya. Begitu dapat, aku menggesek-gesekkan palkonku ke belahan memek mama.
Uhhh…nikmat sekali. Mama pun terbangun.
“Hush, bangun tidur koq kepengen!” kata mama.
“Habis, maklum ma, Gyo masih muda,” kataku. “Dapat mainan
baru.”
Kami tertawa cekikikan. Dan akhirnya aku kembali ke atas
tubuhnya. Langsung saja batang kontolku masuk ke liang surgawinya alias lubang
memek. Mama mendongakkan wajahnya. Perlahan-lahan kugenjot genjot mama. Seret
rasanya mungkin karena belum banyak pelumas. Semakin lama aku menggenjot mama
dengan perlahan, semakin pula lubang memek mamaku terasa becek. Mama mengusap-usap
dadaku, memberikanku kenikmatan bahkan beliau mengusap-usap puting dadaku. Kami
berpanggutan lagi, bermesraan di atas tempat tidur.
“Ma, boleh nungging?” tanyaku.
Mama mengerti. Aku mencabut punyaku memberikan kesempatan
mama untuk menungging. Ohh…pantatnya putih. Bekas guratan celana dalamnya
membekas di sana. Tak perlu waktu lama bagiku untuk diam menyaksikan keindahan
tubuhnya. Aku langsung mengarahkan penisku dan bless, nikmatnya. Aku gerakin
pantatku maju mundur. Sementara itu mama melirik ke arahku. Aku mendorongnya
pelan-pelan sambil sesekali kuremas toketnya yang menggantung itu.
Ohh…nikmatnya.
“Maa, nikmat banget,” kataku. “Mama pernah beginiin ndak
semenjak papa pergi?”
“Nggak pernah Gyo, mama ndak pernah gituan lagi semenjak
itu,” katanya.
“Jujur?” tanyaku. Aku pun berhenti menggoyang.
Mamaku kaget ketika aku berhenti. Ia menoleh ke arahku.
Pantatnya dimaju mundurkan sendiri. “Iya beneran.”
“Bohong ah,” kataku.
“Aduuh..jangan siksa mama dong, goyangin terusss Gyoo!”
katanya.
“Kalau mama jujur aku akan goyangin koq,” kataku.
“Iya, iya, mama pernah sesekali sama orang lain. Sama Koh
Chow Luan,” jawab mama. Chow Luan ini salah seorang kenalan Mama yang juga
punya toko. Aku pernah bertemu dengannya sekali. Tapi tak menyangka mama pernah
ngentot ama orang ini. Padahal orangnya gendut, ndak menarik.
“Lho, ama orang itu? Jelek gitu dan bauu?” aku seakan tak
percaya.
“Mau bagaimana lagi. Mama sedang butuh uang waktu itu. Kalau
tidak kamu ndak bakal sekolah,” kata mama. “Udah…mama nanggung nih, ayo dong Gyo
lanjut ngentotin mamaaa!”
Aku tersenyum. Kugerakkan pantatku ke depan belakang. Mama
diberi kepuasan lagi. Ia menjerit-jerit keenakan saat kontolku masuk lebih
dalam. Aku makin cepat menggenjot mamaku dan akhirnya aku mau nyampe. Aku
mengerang hebat, mama pun sepertinya juga keluar, memeknya meremas-remas
punyaku. Aku memejamkan mata menikmati setiap semprotan kontolku yang membasahi
rahimnya. Setelah itu aku mencabutnya. Mama ambruk di atas ranjang, tapi
pantatnya masih sedikit menungging. Lahar putih itu meleleh dari lubang
memeknya.
Setelah menggarap mama pagi itu aku pun mandi. Hari-hari
berikutnya sungguh kami seperti suami istri. Mau di manapun kapan pun pasti
bercinta ujung-ujungnya. Mama pun menceritakan kepadaku bahwa aku bukan anak
papa, tapi anak sopirnya dulu. Tapi ndak tau sekarang ayah biologisku ada di
mana. Hubunganku dengan mamaku makin bergairah dari waktu ke waktu dan akhirnya
ia hamil anakku. Aku sempat shock, tapi mama menghiburku anak itu akan
dirawatnya dan kami pun menjadi keluarga bahagia walaupun semua orang tak tahu
bahwa kami adalah mama dan anak kandung.
End

Post a Comment