Cerita Seks Bercinta Dengan Tunangan Temanku
Cerita Seks Bercinta Dengan Tunangan Temanku
![]() |
Cerita Seks Bercinta Dengan Tunangan Temanku |
Berita Terkini - Namaku ERikoo, tentunya bukan nama asli dong ya. Aku tinggal di suatu kota yang kebetulan sering dijuluki sebagai kota kembang, pengalamanku ini terjadi mungkin kira- kira setahun yang lalu.
Sebut saja Lindi (bukan nama sebenarnya), dia adalah
tunangan temanku yang bernama Edi (bukan nama asli) yang tinggal di Jakarta,
yang mana pada waktu itu Edi harus keluar kota untuk keperluan bisnisnya.
Oh ya, Edi ini punya adik laki-laki yang bernama Deni,
dimana adiknya itu teman mainku juga. Kalau tidak salah, malam itu adalah malam
minggu, kebetulan pada waktu itu aku lagi bersiap-siap untuk keluar.
Tiba-tiba telpon di rumahku berbunyi, ternyata dari Deni
yang mau pinjam motorku untuk menjemput temannya di stasiun kereta api. Dia
juga bilang nitip sebentar tunangan kakaknya, karena di rumah lagi tidak ada
siapa-siapa. Aku tidak bisa menolak, lagi pula aku ingin tahu tunangan temanku
itu seperti bagaimana rupanya.
Tidak lama kemudian Deni datang, karena rumahnya memang
tidak begitu jauh dari rumahku dan langsung menuju ke kamarku. “Hei Riko..! Aku
langsung pergi nih.. mana kuncinya..?” kata Deni. “Tuh.., di atas meja
belajar.” kataku, padahal dalam hati aku kesal juga bisa batal deh acaraku. “Oh
ya Riko.., kenalin nih tunangan kakakku.
Aku nitip sebentar ya, soalnya tadi di rumah nggak ada
siapa-siapa, jadinya aku ajak dulu kesini. Bentar kok Riko.., ” kata Deni
sambil tertawa kecil. “ERikoo.., ” kataku sambil menyodorkan tanganku. “Lindi..,
” katanya sambil tersenyum. “Busyeett..! Senyumannya..!” kataku dalam hati.
Jantungku langsung berdebar- debar ketika berjabatan tangan
dengannya. Bibirnya sensual sekali, kulitnya putih, payudaranya lumayan besar,
matanya, hidungnya, pokoknya, wahh..! Akibatnya pikiran kotorku mulai keluar.
“Heh..! Kok malah bengong Riko..!” kata Deni sambil menepuk
pundakku. “Eh.. oh.. kenapa Den..?” kaget juga aku. “Riko, aku pergi dulu ya..!
Ooh ya Ndi.., kalo si ERikoo macem-macem, teriak aja..!” ucap Deni sambil
langsung pergi. Lindi hanya tersenyum saja. “Sialan lu Den..!” gerutuku dalam
hati.
Seperginya Deni, aku jadi seperti orang bingung saja, serba
salah dan aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Memang pada dasarnya aku ini
sifatnya agak pemalu, tapi kupaksakan juga akhirnya. “Mo minum apa Ndi..?”
kataku melepas rasa maluku. “Apa aja deh Riko. Asal jangan ngasih racun.”
katanya sambil tersenyum. “Bisa juga bercanda nih cewek, aku kasih obat
perangsang baru tau..!” kataku dalam hati sambil pergi untuk mengambil beberapa
minuman kaleng di dalam kulkas.
Akhirnya kami mengobrol tidak menentu, sampai dia
menceritakan kalau dia lagi kesal sekali sama Edi tunangannya itu, pasalnya dia
itu sama sekali tidak tahu kalau Edi pergi keluar kota. Sudah jauh-jauh datang
ke Bandung, nyatanya orang yang dituju lagi pergi, padahal sebelumnya Edi
bilang bahwa dia tidak akan kemana-mana.
“Udah deh Ndi.., mungkin rencananya itu diluar dugaan..,
jadi Kamu harus ngerti dong..!” kataku sok bijaksana. “Kalo sekali sih nggak
apa Riko, tapi ini udah yang keberapa kalinya, Aku kadang suka curiga,
jangan-jangan Dia punya cewek lain..!” ucap Lindi dengan nada kesal.
“Heh.., jangan nuduh dulu Ndi, siapa tau dugaan Kamu salah,
” kataku. “Tau ah.., jadi bingung Aku Riko, udah deh, nggak usah ngomongin Dia
lagi..!” potong Lindi. “Terus mau ngomong apa nih..?” kataku polos. Lindi
tersenyum mendengar ucapanku.
“Kamu udah punya pacar Riko..?” tanya Lindi. “Eh, belom..
nggak laku Ndi.. mana ada yang mau sama Aku..?” jawabku sedikit berbohong. “Ah
bohong Kamu Riko..!” ucap Lindi sambil mencubit lenganku. Seerr..! Tiba- tiba
aliran darahku seperti melaju dengan cepat, otomatis adikku berdiri perlahan-
lahan, aku jadi salah tingkah.
Sepertinya si Lindi melihat perubahan yang terjadi pada
diriku, aku langsung pura-pura mau mengambil minum lagi, karena memang
minumanku sudah habis, tetapi dia langsung menarik tanganku.
“Ada apa Ndi..? Minumannya sudah habis juga..?” kataku
pura-pura bodoh. “Riko, Kamu mau nolongin Aku..?” ucap Lindi seperti memelas.
“Iyaa.., ada apa Ndi..?” jawabku. “Aku.., Aku.. pengen bercinta Riko..?” pinta Lindi.
“Hah..!” kaget juga aku mendengarnya, bagai petir di siang hari, bayangkan
saja, baru juga satu jam yang lalu kami berkenalan, tetapi dia sudah
mengucapkan hal seperti itu kepadaku.
“Ka.., Kamu..?” ujarku terbata-bata. Belum juga kusempat
meneruskan kata- kataku, telunjuknya langsung ditempelkan ke bibirku, kemudian
dia membelai pipiku, kemudian dengan lembut dia juga mencium bibirku.
Aku hanya bisa diam saja mendapat perlakuan seperti itu.
Walaupun ini mungkin bukan yang pertama kalinya bagiku, namun kalau yang
seperti ini aku baru yang pertama kalinya merasakan dengan orang yang baru
kukenal. Begitu lembut dia mencium bibirku, kemudian dia berbisik kepadaku,
“Aku pengen bercinta sama Kamu, Riko..! Puasin Aku Riko..!”
Lalu dia mulai mencium telinganku, kemudian leherku, “Aahh..!” aku mendesah.
Mendapat perlakuan seperti itu, gejolakku akhirnya bangkit juga. Begitu lembut
sekali dia mencium sekitar leherku, kemudian dia kembali mencium bibirku,
dijulurkan lidahnya menjalari rongga mulutku.
Akhirnya ciumannya kubalas juga, gelombang nafasnya mulai
tidak beraturan. Cukup lama juga kami berciuman, kemudian kulepaskan ciumannya,
kemudian kujilat telinganya, dan menelusuri lehernya yang putih bak pualam. Ia
mendesah kenikmatan, “Aahh Riko..!”
Mendengar desahannya, aku semakin bernafsu, tanganku mulai
menjalar ke belakang, ke dalam t- shirt-nya. Kemudian kuarahkan menuju ke
pengait BH-nya, dengan sekali sentakan, pengait itu terlepas. Kemudian aku
mencium bibirnya lagi, kali ini ciumannya sudah mulai agak beringas, mungkin
karena nafsu yang sudah mencapai ubun- ubun, lidahku disedotnya sampai terasa
sakit, tetapi sakitnya sakit nikmat.
“Riko.., buka dong bajunya..!” katanya manja. “Bukain dong
Ndi.., ” kataku. Sambil menciumiku, Lindi membuka satu persatu kancing kemeja,
kemudian kaos dalamku, kemudian dia lemparkan ke samping tempat tidur.
Dia langsung mencium leherku, terus ke arah puting susuku.
Aku hanya bisa mendesah karena nikmatnya, “Akhh.., Ndi.” Kemudian Lindi mulai
membuka sabukku dan celanaku dibukanya juga. Akhirnya tinggal celana dalam
saja. Dia tersenyum ketika melihat kepala kemaluanku off set alias menyembul ke
atas.
Lindi melihat wajahku sebentar, kemudian dia cium kepala
kemaluanku yang menyembul keluar itu. Dengan perlahan dia turunkan celana
dalamku, kemudian dia lemparkan seenaknya. Dengan penuh nafsu dia mulai
menjilati cairang bening yang keluar dari kemaluanku, rasanya nikmat sekali.
Setelah puas menjilati, kemudian dia mulai memasukkan
kemaluanku ke dalam mulutnya. “Okhh.. nikmat sekali, ” kataku dalam hati,
sepertinya kemaluanku terasa disedot-sedot. Lindi sangat menikmatinya, sekali-
sekali dia gigit kemaluanku. “Auwww.., sakit dong Ndi..!” kataku sambil agak
meringis. Lindi seperti tidak mendengar ucapanku, dia masih tetap saja memaju-
mundurkan kepalanya.
Mendapat perlakuannya, akhirnya aku tidak kuat juga, aku
sudah tidak kuat lagi menahannya, “Ndi, Aku mau keluar.. akhh..!” Lindi cuek
saja, dia malah menyedot batang kemaluanku lebih keras lagi, hingga akhirnya,
“Croott.. croott..!” Aku menyemburkan lahar panasku ke dalam mulut Lindi.
Dia menelan semua cairan spermaku, terasa agak ngilu juga
tetapi nikmat. Setelah cairannya benar-benar bersih, Lindi kemudian berdiri, kemudian
dia membuka semua pakaiannya sendiri, sampai akhirnya dia telanjang bulat.
Kemudian dia menghampiriku, menciumi bibirku. “Puasin Aku Riko..!”
katanya sambil memeluk tubuhku, kemudian dia menuju tempat tidur. Sampai disana
dia tidur telentang. Aku lalu mendekatinya, kutLindih tubuhnya yang elok,
kuciumi bibirnya, kemudian kujilati belakang telinga kirinya.
Dia mendesah keenakan, “Aahh..!” Mendengar desahannya, aku
tambah bernafsu, kemudian lidahku mulai menjalar ke payudaranya. Kujilati
putingnya yang sebelah kiri, sedangkan tangan kananku meremas payudaranya yang
sebelah kiri, sambil kadang kupelintir putingnya. “Okkhh..! ERikoo sayang,
terus Riko..! Okhh..!” desahnya mulai tidak menentu.
Puas dengan bukit kembarnya, badanku kugeser, kemudian
kujilati pusarnya, jilatanku makin turun ke bawah. Kujilati sekitar pangkal
pahanya, Lindi mulai melenguh hebat, tangan kananku mulai mengelus bukit
kemaluannya, lalu kumasukkan, mencari sesuatu yang mungkin kata orang itu
adalah klitoris.
Lindi semakin melenguh hebat, dia menggelinjang bak ikan
yang kehabisan air. Kemudian aku mulai menjilati bibir kemaluannya, kukuakkan
sedikit bibir kemaluannya, terlihat jelas sekali apa yang namanya klitoris,
dengan agak sedikit menahan nafas, kusedot klitorisnya. “Aakkhh.. Riko.., ” Lindi
menjerit agak keras, rupanya dia sudah orgasme, karena aku merasakan cairan
yang menyemprot hidungku, kaget juga aku. Mungkin ini pengalaman pertamaku
menjilati kemaluan wanita, karena sebelumnya aku tidak pernah.
Aku masih saja menjilati dan menyedot klitorisnya. “Riko..!
Masukin Riko..! Masukin..!” pinta dia dengan wajah memerah menahan nafsu. Aku
yang dari tadi memang sudah menahan nafsu, lalu bangkit dan mengarahkan
senjataku ke mulut kemaluannya, kugesek-gesekkan dulu di sekitar bibir
kemaluannya. “Udah dong Riko..! Cepet masukin..!” katanya manja.
“Hmm.., rupanya ni cewek nggak sabaran banget.” kataku dalam
hati. Kemudian kutarik tubuhnya ke bawah, sehingga kakinya menjuntai ke lantai,
terlihat kemaluannya yang menyembul. Pahanya kulebarkan sedikit, kemudian
kuarahkan kemaluanku ke arah liang senggama yang merah merekah. Perlahan tapi
pasti kudorong tubuhku. “Bless..!” akhirnya kemaluanku terbenam di dalam liang
kemaluan Indri.
“Aaakkhh Riko..!” desah Lindi. Kaget juga dia karena
sentakan kemaluanku yang langsung menerobos kemaluan Lindi. Aku mulai
mengerakkan tubuhku, makin lama makin cepat, kadang- kadang sambil meremas-
remas kedua bukit kembarnya. Kemudian kubungkukkan badanku, lalu kuhisap puting
susunya.
“Aakkhh.., teruss.., Sayangg..! Teruss..!” erang Lindi
sambil tangannya memegang kedua pipiku. Aku masih saja menggejot tubuhku, tiba-
tiba tubuh Lindi mengejang, “Aaakkhh.. Eriicckk..!” Ternyata Lindi sudah
mencapai puncaknya duluan. “Aku udah keluar duluan Sayang..!” kata Lindi. “Aku
masih lama Ndi.., ” kataku sambil masih menggenjot tubuhku.
Kemudian kuangkat tubuh Lindi ke tengah tempat tidur, secara
spontan, kaki Lindi melingkar di pinggangku. Aku menggenjot tubuhku, diikuti
goyangan pantat Lindi. “Aakkhh Ndi.., punya Kamu enak sekali.” kataku memuji, Lindi
hanya tersenyum saja. Aku juga heran, kenapa aku bisa lama juga keluarnya.
Tubuh kami berdua sudah basah oleh keringat, kami masih
mengayuh bersama menuju puncak kenikmatan. Akhirnya aku tidak kuat juga menahan
kenikmatan ini. “Aahh Ndi.., Aku hampir keluar.., ” kataku agak terbata-bata.
“Aku juga Riko..! Kita keluarin sama- sama ya Sayang..!” kata Lindi sambil
menggoyang pantatnya yang bahenol itu.
Goyangan pantat Lindi semakin liar. Aku pun tidak kalah sama
halnya dengan Lindi, frekuensi genjotanku makin kupercepat, sampai pada
akhirnya, “Aaakkhh.., Ericckk..!” jerit Lindi sambil menancapkan kukunya ke
pundakku. “Aakhh, Lindii.., Aku sayang Kamuu..!” erangku sambil mendekap tubuh Lindi.
Kami terdiam beberap saat, dengan nafas yang
tersenggal-senggal seperti pelari marathon. “Kamu hebat sekali Riko..!” puji Lindi.
“Kamu juga Ndi..!” pujiku juga setelah agak lama kami berpelukan.
Kemudian kami cepat- cepat memakai pakain kami kembali
karena takut adik tunangannya Lindi keburu datang.
dominoyes Merupakan Salah Satu Situs yang terpercaya Di Indonesia
ReplyDeletedominoyes Memiliki Permainan Yang Mudah Dimainkan & 100% Mudah Menang Lohh..
Cukup Dengan 1 USER ID Anda Bisa Bermain 8 GAME Berkualitas :
* Poker
* Domino99
* AduQ
* Capsa Susun
* Sakong
* Bandar Poker
* BANDARQ ONLINE
* BANDAR66 ONLINE
++++++++++++++++++++++++++
AKSES LINK ALTERNATIF TERBARU :
- dominoyes.com
- dominoyes.net
- dominoyes.org
- dominoyes.info
< Contact Us >
Info Lebih Lanjut Hubungi :
W.A : +6285974599065
PIN BB : 2BE2DD7E
PIN BB : DBFDDEFE
Dominoyes.com, Agen Domino 99, Judi Domino 99, Domino 99 Online, Komunitas Domino Terbesar Di Asia