Cerita Seks Bercinta Dengan Pembantu Tetangga
Cerita Seks Bercinta Dengan Pembantu Tetangga
![]() |
Cerita Seks Bercinta Dengan Pembantu Tetangga |
Berita Terkini - Cerita ini dimulai ketika aku mengalami kesusahan ketika menerima tamu di apartement baruku, dan melihat hal ini akhirnya aku meminta bantuan seorang cewek yang kebetulan sudah aku kenal lama untuk mencarikan pembantu. Namun yang di tugaskan mencarikan pembantu malah menawarkan dirinya untuk menjadi pembantu di apartementku tersebut dan tanpa pikir panjang aku terima saja di sebagai pembantu apertement tersebut.
Suatu
siang aku hendak mengecek persiapan untuk menjamu teman-temanku di apertement
aku mendengar suara aneh seperti seorang wanita yang sedang masturbasi, dan
ternyata suara itu adalah Lela Melanie pembantuku anak desa tersebut, dan
berikut cerita panas lengkapnya:
Kira-kira empat bulan lalu, aku pindah dari rumah
kontrakanku ke rumah yang aku beli. Rumah yang baru ini hanya beda dua blok
dari rumah kontrakanku. Selain rumah aku pun mampu membeli sebuah apartemen
yang juga masih di lingkungan aku tinggal, dari rumahku sekarang jaraknya 3 km.
Selama aku tinggal di rumah kontrakan, aku mengenal seorang pembantu rumah
tangga, sebut saja Lela Melani/Lela.
Dia juga pelayan di toko milik majikannya, jadi setiap aku
atau istriku belanja, Lela-lah yang melayani kami. Dia seorang gadis desa,
kulit tubuhnya hitam manis namun bodinya seksi untuk ukuran seorang pembantu
rumah tangga di daerah kami tinggal, jadi dia sering digoda oleh para supir dan
pembantu laki-laki, tapi aku yang bisa mencicipi kehangatan tubuhnya. Inilah
yang kualami dari 3 bulan lalu sampai saat ini.
Suatu hari ketika aku mau ambil laundry di rumah majikan Lela
dan kebetulan dia sendiri yang melayaniku.
“Lela, bisa tolong saya cariin pembantu…”
“Untuk di rumah Bapak…?”
“Untuk di apartemen saya, nanti saya gaji 1 juta.”
“Wah gede tuh Pak, yach nanti Lela cariin… kabarnya minggu
depan ya Pak.”
“Ok deh, makasih yah ini uang untuk kamu, jasa cariin
pembantu…”
“Wah.. banyak amat Pak, makasih deh..”
Kutinggal Lela setelah kuberi 500 ribu untuk mencarikan
pembantu untuk apartemenku, aku sangat perlu pembantu karena banyak tamu dan
client-ku yang sering datang ke apartemenku dan aku juga tidak pernah
memberitahukan apartemenku pada istriku sendiri, jadi sering kewalahan melayani
tamu-tamuku.
Dua hari kemudian, mobilku dicegat Lela ketika melintas di
depan rumah majikannya.
“Malam Pak…”
“Gimana Lela, sudah dapat apa belum temen kamu?”
“Pak, saya aja deh.. habis gajinya lumayan untuk kirim-kirim
ke kampung.”
“Loh, nanti Ibu Ina, marah kalau kamu ikut saya.”
“Nggak.. apa-apa deh Pak, nanti saya yang bilang sama Ibu.”
“Ya, sudah kalau ini keputusanmu, besok pagi kamu saya
jemput di ujung jalan sini lalu kita ke apartemen.”
“Ok… Pak.”
Keesokan pagi kujemput Lela di ujung jalan dan kuantarkan ke
apartemenku. Begitu sampai Lela terlihat bingung karena istriku tidak
mengetahui atas keberadaan apartemenku.
“Tugas saya apa Pak…?”
“Kamu hanya jaga apartemen ini, ini kunci kamu pegang satu,
saya satu dan ini uang, kamu belanja dan masak yang enak untuk lusa karena
temen-temen saya mau main ke sini.”
“Baik Pak…”
Dengan perasaan agak tenang kutinggalkan Lela, aku senang
karena kalau ada tamu aku tidak akan capai lagi karena sudah ada Lela yang
membantuku di apartemen.
Keesokannya sepulang kantor, aku mampir ke apartemen untuk
mengecek persiapan untuk acara besok, tapi aku jadi agak cemas ketika pintu
apartemen kuketuk berkali-kali tidak ada jawaban dari dalam. Pikiranku khawatir
atas diri Lela kalau ada apa-apa, tapi ketika kubuka pintu dan aku masuk ke
dalam apartemenku terdengar suara dari kamar mandiku yang pintunya terbuka
sedikit. Kuintip dari sela pintu kamar mandi dan terlihatlah dengan jelas
pemandangan yang membuat diriku terangsang. Lela sedang mengguyur badannya yang
hitam manis di bawah shower, satu tangannya mengusap payudaranya dengan busa
sabun sedangkan satu kakinya diangkat ke closet dimana tangan satunya sedang
membersihkan selangkangannya dengan sabun.
Pemandangan yang luar biasa indah membuat nafsu birahiku
meningkat dan kuintip lagi, kali ini Lela menghadap ke arah pintu dimana
tangannya sedang meremas-remas payudaranya yang ranum terbungkus kulit sawo
matang dan putingnya sesekali dipijatnya, sedangkan bulu-bulu halus menutupi
liang vaginanya diusap oleh tangannya yang lain, hal ini membuat dia
merem-melek. Pemandangan seorang gadis kira-kira 19 tahun dengan lekuk tubuh
yang montok nan seksi, payudara yang ranum dihiasi puting coklat dan liang
vagina yang menonjol ditutupi bulu halus sedang dibasahi air dan sabun membuat
nafsu birahi makin meningkat dan tentu saja batangku mulai mendesak dari balik
celana kantorku.
Melihat nafsuku mulai berontak dengan cepat kutanggalkan
seluruh pakaian kerjaku di atas sofa, dengan perlahan kubuka pintu kamar
mandiku, Lela yang sudah kembali membelakangiku, perlahan kudekati Lela yang
membasuh sabun di bawah shower. Secara tiba-tiba tubuhnya kupeluk dan kuciumi
leher dan punggungnya. Lela yang terkaget-kaget berusaha melepaskan tanganku
dari tubuhnya. “Akh.. jangan Pak.. jangan.. tolong Pak…” Karena tenaganya lemah
sementara aku yang makin bernafsu, akhirnya Lela melemaskan tenaganya sendiri
karena kalah tenaga dariku. Bibir tebal dan merekah sudah kulumatkan dengan
bibirku, tanganku yang satu membekap tubuhnya sambil menggerayangi payudaranya,
sedangkan tanganku yang satunya telah mendarat di pangkal pahanya, vaginanya
pun sudah kuremas.
“Ahhh.. ahhh.. . jangan.. Pak…”
“Tenang sayang.. nanti juga enak…”
Aku yang sudah makin buas menggerayangi tubuhnya
bertubi-tubi membuat Lela mengalah dan Lela pun membalas dengan memasukkan
lidahnya ke mulutku sehingga lidah kami bertautan, Lela pun mulai menggelinjang
di saat jariku kumasukan ke liang vaginanya. “Arghh.. arghh… enak.. Pak..
argh…” Tubuh Lela kubalik ke arahku dan kutempelkan pada dinding di bawah
shower yang membasahi tubuh kami. Setelah mulut dan lehernya, dengan makin ke
bawah kujilati akhirnya payudaranya kutemukan juga, langsung kuhisap kukenyot,
putingnya kugigit. Payudaranya kenyal sekali seperti busa. Lela makin
menggelinjang karena tanganku masih merambah liang vaginanya. “Argh.. akkkhh…
akhh… terus.. Pak… enak… terus…” Aku pun mulai turun ke bawah setelah payudara,
aku menjilati seluruh tubuhnya, badan, perut dan sampailah ke selangkangannya
dimana aku sudah jongkok sehingga bulu halus yang menutupi vaginanya persis di
hadapanku, bau harum tercium dari vaginanya.
Aku pun kagum karena Lela merawat vaginanya sebaik-baiknya.
Bulu halus yang menutupi vaginanya kubersihkan dan kumulai menjilati liang
vaginanya. “Ssshh.. sshh.. argh.. aghh… aw… sshhh.. trus… Pak.. sshh… aakkkhh…”
Aku makin kagum pada Lela yang telah merawat vaginanya karena selain bau harum,
vagina Lela yang masih perawan karena liangnya masih rapat, rasanya pun sangat
menyegarkan dan manis rasa vagina Lela. Jariku mulai kucoba dengan sesekali
masuk liang vagina Lela diselingi oleh lidahku. Rasa manis vagina Lela yang
tiada habisnya membuatku makin menusukkan lidahku makin ke dalam sehingga
menyentuh klitorisnya yang dari sana rasa manis itu berasal. Lela pun makin
menggelinjang dan meronta-ronta keenakan tapi tangannya malah menekan kepalaku
supaya tidak melepaskan lidahku dari vaginanya.
“Auwwwhhh… aahhh… terus.. sedappp… Pakkkh…”
“Lela… vaginamu sedap sekali… kalau begini… setiap malam aku
pingin begini terus…”
“Mmm.. yah.. Pak.. terus.. Pak… oohhh…”
Lela makin menjerit keenakan dan menggelinjang karena
lidahku kupelintir ke dalam vaginanya untuk menyedot klitorisnya. Setelah
hampir 30 menit vagina Lela kusedot-sedot, keluarlah cairan putih kental dan
manis serta menyegarkan membanjiri vagina Lela, dan dengan cepat kujilat habis
cairan itu yang rasanya sangat sedap dan menyegarkan badan.
“Ooohhh… ough… arghhh… sshh.. Pak, Lela… keluar.. nihhh…
aahhh… sshh…”
“Yar… cairanmu… mmmhh… sedap.. sayang… boleh.. saya masukin
sekarang… batang saya ke vagina kamu? mmhh.. gimana sayang…”
“Hmmm… boleh Pak.. asal.. Ibu nggak tahu…”
Lela pun lemas tak berdaya setelah cairan yang keluar dari
vaginanya banyak sekali tapi dia seakan siap untuk dimasuki vaginanya oleh
batangku karena dia menyender dinding kamar mandi tapi kakinya direnggangkan.
Aku pun langsung mendempetnya dan mengatur posisi batangku pada liang
vaginanya. Setelah batangku tepat di liang vaginanya yang hangat, dengan jariku
kubuka vaginanya dan mencoba menekan batangku untuk masuk vaginanya yang masih
rapat.
“Ohhh… Lela.. vaginamu rapat sekali, hangat deh rasanya…
saya jadi makin suka nih…”
“Mmmmhh… mhhh.. Pak.. perih.. Pak… sakit…”
“Sabar.. sayang.. nanti juga enak kok, sabar ya…”
Berulang kali kucoba menekan batangku memasuki vagina Lela
yang masih perawan dan Lela pun hanya menjerit kesakitan, setelah hampir 15
kali aku tekan keluar-masuk batangku akhirnya masuk juga ke dalam vagina Lela
walaupun hanya masuk setengahnya saja. Tapi rasa hangat dari dalam vagina Lela
sangat mengasyikan dimana belum pernah aku merasakan vagina yang hangat
melebihi kehangatan vagina Lela membuatku makin cepat saja menggoyangkan
batangku maju-mundur di dalam vagina Lela.
“Lela, vaginamu hangat sekali, batangku rasanya di-steam-up
sama vaginamu…”
“Iya.. Pak, tapi masih perih Pak…”
“Sabar ya sayang…”
Kukecup bibirnya untuk menahan rasa perih vagina Lela yang
masih rapat alias perawan sedang dimasuki batangku yang besarnya 29 cm dan
berdiameter 5 cm, wajar saja kalau Lela menjerit kesakitan. Payudaranya pun
sudah menjadi bulan-bulanan mulutku, kujilat, kukenyot, kusedot dan kugigit
putingnya. “Ahh.. ahhh.. aah.. aww… Pak… iya Pak.. enak deh.. rasanya ada yang
nyundul ke dalam memek Lela.. aahh…” Lela yang sudah merasakan kenikmatan ikut
juga menggoyangkan pinggulnya maju-mundur mengikuti iramaku. Hal ini membuatku
merasa menemukan kenikmatan tiada tara dan membuat makin masuk lagi batangku ke
dalam vaginanya yang sudah makin melebar.
Kutekan batangku berkali-kali hingga rasanya menembus hingga
ke perutnya dimana Lela hanya bisa memejamkan mata saja menahan hujaman
batangku berkali-kali. Air pancuran masih membasahi tubuh kami membuatku makin
giat menekan batangku lebih ke dalam lagi. Muka Lela yang basah oleh air shower
membuat tubuh hitam manis itu makin mengkilat sehingga membuat nafsuku
bertambah yaitu dengan menciumi pipinya dan bibirnya yang merekah. Lidahku
kumasukan dalam mulutnya dan membuat lidah kami bertautan, Lela pun membalas
dengan menyedot lidahku membuat kami makin bernafsu. “Mmmhh… mmmhhh… Pak..
batangnya nikmat sekali, Lela jadi.. mmauu… tiap malam seperti ini.. aaakh…
aakkhh.. Paaakkhh.. Lela keeluuaarrr.. nniihh…”
Akhirnya bobol juga pertahanan Lela setelah hampir satu jam
dia menahan seranganku dimana dari dalam vaginanya mengeluarkan cairan kental
yang membasahi batangku yang masih terbenam di dalam vaginanya, tapi rupanya selain
cairan, ada darah segar yang menetes dari vaginanya dan membasahi pahanya dan
terus mengalir terbawa air shower sampai ke lantai kamar mandi dan lemaslah
tubuhnya, dengan cepat kutahan tubuhnya supaya tidak jatuh. Sementara aku yang
masih segar bugar dan bersemangat tanpa melihat keadaan Lela, dimana batangku
yang masih tertancap di vaginanya. Kuputar tubuhnya sehingga posisinya doggy
style, tangannya kutuntun untuk meraih kran shower, sekarang kusodok dari
belakang. Pantatnya yang padat dan kenyal bergoyang-goyang mengikuti irama
batangku yang keluar-masuk vaginanya dari belakang.
Vagina Lela makin terasa hangat setelah mengeluarkan cairan
kental dan membuat batangku terasa lebih diperas-peras dalam vaginanya. Hal itu
membuatku merasakan nikmat yang sangat sehingga aku pun memejamkan mata dan
melenguh. “Ohhh… ohhh.. Yar.. vaginamu sedap sekali, baru kali ini aku
merasakan nikmat yang sangat luar biasa… aakkh.. aakkhh… sshhh…” Yarmi tidak
memberi komentar apa-apa karena tubuhnya hanya bertahan saja menerima sodokan
batangku ke vaginanya, dia hanya memegangi kran saja. Satu jam kemudian
meledaklah pertahanan Lela untuk kedua kalinya dimana dia mengerang, tubuhnya
pun makin merosot ke bawah dan cairan kental dengan derasnya membasahi batangku
yang masih terbenam di vaginanya. “Akhhh… aakkhh… Pak… Pakkhh… nikmattthhh…”
Setelah tubuhnya mengelepar dan selang 15 menit kemudian
gantian tubuhku yang mengejang dan meledaklah cairan kental dari batangku dan
membasahi liang vagina Lela dan muncrat ke rahim Lela, yang disusul dengan
lemasnya tubuhku ke arah Lela yang hanya berpegang pada kran sehingga kami
terpeleset dan hampir jatuh di bawah shower kamar mandi. Batangku yang sudah
lepas dari vagina Lela dan masih menetes cairan dari batangku, dengan sisa
tenaga kugendong tubuh Lela dan kami keluar dari kamar mandi menuju kamar tidur
dan langsung ambruk ke tempat tidurku secara bersamaan.
Aku terbangun sekitar jam 10.30 malam, itupun karena
batangku sedang dikecup oleh Lela yang sedang membersihkan sisa-sisa cairan
yang masih melekat pada batangku, Lela layak anak kecil menjilati es loli. Aku
usap kepalanya dengan lembut. Setelah agak kering Lela bergeser sehingga muka
kami berhadapan. Dia pun menciumi pipi dan bibirku.
“Pak.. Lela puas deh… batang Bapak nikmat sekali pada saat
menyodok-nyodok memek Lela, Lela jadi kepingin tiap hari deh, apalagi di saat
air hangat mengalir deras di rahim Lela… kalau Bapak gimana? Puas nggak.. sama Lela…?”
“Yar.. Bapak pun puas sekali.. Bapak senang bisa ngebongkar
vagina Lela yang masih rapat.. terus terang… baru kali ini Bapak puas sekali
bermain, sejak dulu sama istriku aku belum pernah puas seperti sekarang…
makanya saya mau Lela siap kalau saya datang dan siap jadi istri kedua saya…
gimana..?”
“Saya mah terserah Bapak aja.”
“Sekarang saya pulang dulu yach.. Lela… besok aku ke sini
lagi…”
“Oke… Pak.. janji yach… vagina Lela maunya tiap hari nich
disodok punya Bapak…”
“Oke.. sayang…”
Kukecup pipi dan bibir Lela, aku mandi dan setelah itu
kutinggal dia di apartemenku. Sejak itu setiap sore aku pasti pulang ke tempat Lela
terlebih dahulu baru ke istriku, sering juga aku beralasan pergi bisnis keluar
kota pada istriku, padahal aku menikmati tubuh Lela pembantuku yang juga istri
keduaku, hal ini sudah kunikmati dari tiga bulan yang lalu dan aku tidak tahu
akan berakhir sampai kapan, tapi aku lebih senang kalau pulang ke pangkuan Lela.
Post a Comment