Cerita Seks Merenggut Kenikmatan Dengan Ibuku
Cerita Seks Merenggut Kenikmatan Dengan Ibuku
![]() |
Cerita Seks Merenggut Kenikmatan Dengan Ibuku |
Berita Terkini - Pintu kamar sedikit terbuka saat aku sampai disana. Dan..,
deg! Jantungku tiba-tiba berdebar-debar saat dari sela-sela pintu kulihat sosok
tubuh mulus, tanpa sehelai baju sedang berdiri di depan cermin. Ibuku sedang
asyik mengamati tubuhnya, sesekali ibu memutar badannya, Kedua tangannya
sesekali meremas kedua payudaranya -yang dulu sering kuisap saat masih kecil-
dan meraba pinggangnya yang kecil. Umur ibuku yang baru 34 tahun tak
menghalangi kekagumanku pada kemulusan dan keseksian tubuh Ibu. Lama-lama
kelamaan aku jadi terangsang melihat tubuh telanjang Ibuku tersebut,
Berkali-kali aku meneguk ludah melihat pantat Ibu yang kelihatan masih padat
dan bulat, atau ketika tangan Ibu mengusap kemaluannya dengan lembut, aku
seperti menyaksikan striptease yang menggairahkan, dan tanpa sadar tubuhku
mennyenggol pintu kamar sehingga bunyi pintu yang terbuka mengagetkan Ibu
maupun aku sendiri
Ibu memandangku sambil melotot karena merasa malu melihat
anaknya sedang memergokinya bertelanjang bulat, tapi anehnya aku tak merasa
takut atau malu, aku malah menikmati pemandangan di depanku, tubuh putih mulus
dengan buah dada yang bulat dan kemaluan yang penuh dengan rambut hitam, “Bryan,
sejak kapan.. kamu di situ?!” tanya Ibuku sambil menahan amarah, aku hanya
tersenyum kecil, karena melihat Ibuku malah bertolak pinggang dan tidak
menutupi kemaluan maupun buah dadanya. “Salah Ibu sendiri tidak menutup pintu…”,
kataku sambil mendekati Ibu, “…atau Ibu sengaja supaya Bryan mengintip.
Tiba-tiba tangan kanan Ibu melayang hendak menampar pipiku,
tapi aku lebih cepat dan menangkap tangan Ibu. Dengan gerakan cepat tubuh Ibu
sudah berada dalam pelukanku, kini aku dapat merasakan harum dan mulusnya tubuh
Ibuku sendiri, mendapat perlakuan seperti itu tentu saja Ibuku meronta dan
mencoba melepaskan diri. Namun kedua tanganku cukup kuat untuk menahan tubuh
Ibuku dalam pelukanku, “Bryan.., lepaskan!! Aku Ibumu ..jangan lakukan ini
kepada Ibu, nak..!” aku tak peduli lagi, leher Ibu yang jenjang jadi sasaran
mulutku. Pipinya juga tak luput dari ciuman bertubi-tubi dan penuh nafsu dari
mulutku. Ibuku terus meronta tiada henti dan membuat kami terjatuh ke tempat
tidur, kesempatan ini kugunakan untuk menindih tubuh Ibuku dan melepas kaos
yang kupakai, tapi akibatnya fatal, Ibu dapat mendorong tubuhku dan mencoba
melarikan diri.
Dengan sigap, aku menangkap kedua kaki Ibu dan kembali
menindih tubuh mulus Ibuku, kali ini posisi Ibuku telungkup dengan badanku di
atasnya. Sementara tangan kananku memegangi kedua tangannya, tangan kiriku
mencoba melepas celana pendekku. Untung aku tidak memakai celana dalam, hingga
dalam sekejap aku sudah telanjang bulat seperti Ibuku. Tanpa pemanasan lebih
lanjut aku mencoba mencari lubang kemaluan Ibu dan memasukkan kontolku ke dalam
memeknya, tapi posisi Ibu yang telungkup menyulitkanku untuk dapat memasukkan
kontolku ke lubang vagina Ibu. Apalagi Ibu tak henti-hentinya meronta dan
mencoba mendorong tubuhku, akhirnya tubuh Ibu sedikit kumiringkan dan dengan
bantuan tangan kiriku yang bebas, kontolku dapat menemukan kemaluan Ibuku, aku
kembali kesulitan menerobos kemaluan Ibu yang seret karena tidak begitu basah
dan kontolku sendiri lumayan besar. Tapi aku tidak putus asa, dengan sedikit
usaha dan terus memaksa akhirnya kontolku bisa masuk seluruhnya ke memek Ibuku.
“..Aghh….!!” Ibu berseru sedikit sakit karena kontolku yang memaksa masuk. “..Bryan..
tolong.. berhenti.. aku Ibumu..!!” Aku diam saja karena sibuk memasukkan dan
mengeluarkan kontolku dari lubang vagina Ibu.
Tubuh Ibu yang terus meronta sedikit membantuku dalam
menggoyang tubuhnya, kemaluanku keluar masuk dengan agak mulus dan cepat,
rupanya Ibu lelah meronta terus dan kelihatan pasrah karena mendadak tubuhnya
berhenti meronta. Aku langsung membalikan tubuh Ibuku sehingga posisinya kini
telentang, sementara kontolku masih bersemayam di memek Ibuku, kembali aku
menggenjot tubuhku dan kontolku semakin cepat keluar masuk dari lubang kemaluan
Ibuku itu. Mulusnya gerakan kontolku terbantu karena vagina Ibu mulai
mengeluarkan cairan kewanitaannya, dan Ibu pun banyak diam serta sesekali
mendesah kecil. Mata Ibu sedikit tertutup dan kelihatan sayu sekali. Aku yang
mengira Ibu sudah bergairah menjadi bersemangat dalam bergerak maju dan mundur,
payudara Ibu yang basah oleh keringatnya kuciumi dengan panuh nafsu, putingnya
kuisap-isap lembut, dan sesekali kugigit.
Ibu sedikit menggelinjang saat kuperlakukan seperti itu.
Kedua kaki Ibuku kuangkat keatas sehingga lubang kemaluannya sedikit menyempit.
Aku menggerakan pantatku sedikit lambat dan saat memajukan kudorong pantatku
agak keras. Ibu rupanya suka dengan gerakan ini karena desahan Ibu semakin
keras, bahkan kini aku dapat merasakan pantat Ibu bergoyang untuk mengimbangi
gerakanku, aku jadi bertambah bernafsu untuk dapat mengentoti Ibuku lebih lama
lagi, tubuh Ibuku kembali kubalik dan kini posisi tubuh Ibuku sedikit kutekuk
menyerupai gaya anjing. Ibu yang sudah pasrah menuruti keinginanku, lewat gaya
anjing ngentot ini aku terus memasukkan dan mengeluarkan kontolku dengan cepat,
kemaluan Ibu yang kini benar-benar basah memudahkan gerakan kontolku menelusuri
liang vagina tempat aku dulu lahir, akhirnya aku tak tahan lagi dengan cepat
aku menghujamkan kontolku dalam-dalam ke lubang kemaluan Ibuku saat kepuasan
itu datang, dan air maniku pun muncrat begitu deras dan banyak, membasahi memek
Ibu.
Aku tergeletak kesamping, sementara Ibuku masih dalam posisi
telungkup membelakangiku, tanganku menyentuh pinggang Ibu dan mencoba
membalikkan tubuhnya, tapi Ibu malah menolak dan bangkit dari tempat tidurnya,
Ibu berdiri dan menatapku dengan mata yang sembab, “Keluar Bryan… tinggalkan
Ibu sendiri, tolong?!”, tangan Ibu menunjuk ke arah pintu kamar, aku hanya angkat
bahu dan meraih pakaianku serta pergi dari situ. Sebelum pergi aku menatap
wajah Ibuku, tapi dia membuang muka. Akupun keluar dari kamar orang tuaku, di
kamarku aku baru merenungi perbuatanku sendiri barusan, tapi entah kenapa aku
malah benar-benar merasa sangat puas setelah mengentoti Ibuku sendiri.
Hampir satu setengah jam aku diam di kamar, semakin lama aku
berpikir aku malah menikmati bayangan saat aku dan Ibu bercinta tadi, dan
gairahku kembali bangkit membayangkan harum tubuh Ibuku dan permainan yang baru
kujalani. Kemaluanku kembali mengeras, saat ini aku benar-benar kembali butuh
memek Ibuku lagi, tanpa pikir panjang lagi aku segera keluar kamar dan mencari
Ibuku di kamarnya, tapi Ibu sudah tidak ada di kamarnya, aku pun mencarinya di
ruang tengah, ternyata tidak ada juga. Saat itu kulihat Ibu sedang di dapur dan
sedang memasak air, Ibu memakai daster tanpa lengan, dan lekuk tubuhnya yang
ramping semakin membuatku bernafsu untuk segera bercinta dengan Ibuku. Ibu
melihat kedatanganku, Ibu sedikit mundur kebelakang saat aku mendekatinya.
“Kamu mau ngapain lagi …?” suara Ibu sedikit bergetar, Aku tak menjawab, tangan
kananku merengkuh pinggang Ibu yang kecil, dalam sekejap tubuh Ibu sudah dalam
pelukanku, tapi aneh Ibu tidak meronta atau mendorong tubuhku, Ibu hanya diam
dan saat lehernya kuciumi Ibu masih diam tak bereaksi, “Bryan… kalau kamu
menginginkan tubuh Ibu, tolong jangan pernah mengeluarkan air mani kamu di
dalam..” suara Ibu terdengar tertekan di kupingku, “…Ibu nggak mau kamu hamilin
atau aborsi.
Aku yang mendapat ‘angin’, bertambah nafsu lagi, dengan
sedikit terburu-buru aku melepas daster Ibu, dan aku sedikit kaget melihat Ibu
tidak memakai celana dalam maupun BH, Aku mencari mulut Ibu, dan bibir Ibu
kulumat dengan penuh gairah, Ibu yang sudah pasrah membalasnya dengan hangat,
dan dapat kurasakan lidah Ibu bermain di rongga mulutku dengan liar, kami
berciuman lama sekali sehingga hampir membuatku kehabisan nafas, dan Ibu
sendiri terengah-engah saat kulepas bibirku dari bibirnya, aku lalu meminta Ibu
untuk telentang di meja makan, tubuh Ibu menjadi sasaran mulutku saat Ibu
tiduran di meja, payudaranya kuremas dan kujilati, putingnya yang mengeras
kuisap-isap seperti waktu aku bayi, Ibu mendesah-desah tak henti-hentinya
mendapat perlakuan tersebut. Mulutku kembali mencari sasaran berikutnya, perut
Ibu kuciumi sebentar dan berikutnya selangkangan Ibu sudah di depan mukaku,
kemaluan Ibu yang hitam karena penuh dengan bulu jembut, kuusap-usap dengan
lembut, mulutku kubenamkan di kemaluan yang melahirkanku 16 tahun yang lalu,
liang vagina Ibu yang basah memancarkan aroma yang menggairahkan, lidahku
menjilati bibir vagina Ibu yang agak menggelambir di kedua sisinya,
dinding-dinding vagina Ibu tak luput dari lidahku, kelentit Ibuku yang sebesar
kacang juga ikut kujilati dengan penuh nafsu, suara Ibu yang mendesah dan
melenguh mengiringi jilatan lidahku pada kemaluan Ibuku, tampaknya Ibu
benar-benar menyukai oral sex yang kuberikan.
Puas menjilati kemaluan Ibu aku naik ke atas meja,
kusodorkan kontolku pada mulut Ibu yang langsung melahap kontolku dengan
ganasnya, kontolku tenggelam dalam mulut Ibu yang kecil, Ibu hampir gelagapan
saat mencoba menelan kontolku seluruhnya, mulut Ibu terus melahap kemaluanku
dengan cepat dan liar, hingga kemaluanku berkilat akibat ludah Ibu yang
menempel di kemaluanku, Ibu benar-benar ganas saat mempermainkan kontolku
dengan mulutnya, hampir saja air maniku muncrat karena kenikmatan yang
diberikan mulut Ibuku pada kontolku. Segera saja aku menyuruh Ibu melepaskan
kontolku dan aku pun turun ke bawah, dengan posisi berdiri aku memasukkan
kontolku kedalam lubang kemaluan Ibuku yang sudah basah kuyup. Kali ini aku
tidak mengalami kesulitan, dan dengan mulusnya kontolku tenggelam dalam memek
Ibu, Aku pun bergerak maju muindur dengan cepat, sementara Ibu langsung
menggoyangkan pantatnya dengan lambat, aku dapat merasakan nikmat vagina Ibu
yang mencengkeram erat kontolku saat Ibu menggoyangkan pantatnya, kadang Ibu
mengangkat pantatnya untuk menyambut hunjaman kontolku yang akan masuk kedalam
memek Ibu, permainan berlangsung cukup lama dan Ibu kelihatan begitu
menikmatinya.
Mata Ibu terus merem melek, mulutnya yang kecil mendesah,
makin lama desahan Ibu semakin keras, dan kedua tangan Ibu mencengkeram bahuku,
rupanya Ibu hampir mencapai puncak kenikmatannya. Aku semakin mempercepat
gerakanku, dan Ibu pun mempercepat goyangan pantatnya, Dan saat Ibu mencapai
orgasmenya, tubuhnya menegang dan memeknya kurasakan semakin basah. Aku lalu
berhenti bergerak dan memeluk tubuh mulus Ibu untuk memberinya kesempatan
menikmati orgasmenya. Aku kemudian mengangkat tubuh Ibuku dari meja sementara
kontolku masih menempel di kemaluan Ibuku, Kududukkan tubuh Ibuku di kursi, dan
kembali aku memajukan dan memundurkan pantatku, Ibu yang sudah lemas, pasrah
dengan aksiku. Tubuhnya terguncang-guncang menerima gerakanku yang cepat,
tangan Ibu melingkar di pinggangku dan ikut memajukan badanku saat kuhunjamkan
kontolku kedalam memek Ibuku, posisi ini tak juga membuatku mencapai puncak
kenikmatan, padahal Ibu sudah kelihatan capek dan sedikit mengimbangi dengan
goyangan pantatnya.
Aku lalu melepas kontolku dari memek Ibuku dan berdiri, aku
menyuruh Ibuku menungging di lantai, Ibu menurut dan turun ke lantai dengan
posisi menungging, Ibu tentu menyangka aku mau memasukkan kontolku ke memeknya
dari belakang, tapi bukan itu maksudku, aku ikut menungging dan mulutku
menjilati anus Ibu, sesekali Ibu jariku menusuk anusnya agar lubangnya
membesar, Ibu tentu saja kaget dengan kelakuanku, “Bryan… jangan, jangan dari
anus ..”, Ibu menoleh ke arahku dan memohon, “itu sakit sekali…” Aku cuman
tersenyum kecil dan terus menjilati anus Ibuku sampai basah. Setelah kurasa
cukup, kedua tanganku memegangi pantat Ibu dan melebarkannya sehingga lubang
anus Ibu kelihatan. Saat kepala kontolku mencoba masuk, Ibu menjerit kecil dan
terjatuh, Posisi tubuhnya kini menelungkup, aku terus berusaha melebarkan
lubang anus Ibuku agar dapat cukup dimasuki kontolku, Ibu semakin menjerit
tertahan, begitu batang kontolku masuk kedalam lubang anus Ibu, dan saat
kontolku masuk seluruhnya kedalam lubang anus Ibuku, Ibu mencengkeram kaki
kursi kuat-kuat.
Lubang anus Ibuku yang seret membuat kontolku susah payah
untuk bisa masuk keluar, Tapi hal itu malah membuatku semakin merasakan
kenikmatan yang tiada tara, sementara Ibu hanya bisa menahan sakit dan perih di
sekitar anusnya, kenikmatan mengentoti anus Ibu membuat ku cepat mencapai
ejakulasi, begitu aku merasakan air maniku mau keluar aku segera melepas
kontolku dari anus Ibu, tubuhnya dengan cepat kubalikkan sehingga posisi Ibu
terlentang, Dan belum sempat Ibu mencegah aku sudah menghujamkan kontolku
kedalam lubang kemaluan Ibu dan berejakulasi dengan kepuasan yang tiada tara,
seluruh batang kontolku kubenamkan dalam-dalam dan memuncratkan cairan panas
yang banyak kedalam lubang vagina Ibu, Aku tergeletak disamping tubuh Ibuku
yang penuh keringat dan masih sedikit kesakitan akibat anusnya yang kutembus
tadi, “Bryan.. kenapa kamu keluarkan didalam…? Dan kamu masuk.. dari anus
lagi..” Aku cuman tersenyum dan mencium bibir Ibu dengan lembut, “Nggak ‘pa-’pa
kan? Anus Ibu juga entar lama-lama dapat nikmat seperti memek Ibu kok… udah ah Bryan
capek mau mandi, Kapan-kapan kita bercinta lagi OK, Ibu tersayang?” Aku bangkit
dan meraih pakaianku dan menuju kamarku untuk mandi sementara Ibu masih tidur
terlentang di lantai dapur.
Semenjak aku bebas untuk bercinta dengan Ibuku sendiri, Ibu
tidak menolak kalau kuajak bercinta di mana saja, dan dari Ibu baru kuketahui
kalau ayah terkena penyakit impotensi sehingga tidak mampu bercinta dengan Ibu
semenjak dua bulan yang lalu, dan aku satu-satunya orang yang bercinta dengan
Ibu setelah ayah tak mampu lagi bercinta. Setiap hari kami bebas untuk bercinta
karena di rumah sangat sepi, bahkan kalau malam, aku sering meminta Ibu datang
ke kamarku untuk melayaniku, Ibu yang memang masih bergairah tak pernah
menolakku, dan Ibu termasuk wanita dengan gairah sex yang besar. Pernah saat
aku mandi, Ibu tiba-tiba masuk kedalam dan langsung mengajakku bercinta padahal
saat itu ayah dan mbak Mona lagi nonton TV di ruang tengah dengan ditemani
keluarga adik ayahku, atau saat aku menemani Ibu belanja di supermaket, dan
saat pulang tanpa disangka Ibu mengajakku bercinta di mobil saat berada di
garasi, padahal aku takut ayah tiba-tiba muncul atau mbak Mona karena mendengar
mobil masuk garasi.
Tak heran satu setengah bulan kemudian Ibu positif hamil,
tapi anehnya Ibu tidak menggugurkan kandungannya itu, dan saat ayah mengetahui
hal itu, beliau marah besar dan menceraikan Ibu karena Ibu tidak mau mengatakan
siapa yang menghamilinya. Selepas ayah pergi dari rumah aku semakin bebas
bercinta dengan Ibuku, apalagi mbak Mona kadang-kadang semakin sering pergi
bermain, keadaan Ibu yang sedang hamil mengandung anakku, karena aku sebagai
Anak Menghamili Ibu Kandung, tak menghalangi nafsu kami untuk tetap bercinta,
aku bahkan semakin bergairah bercinta dengan Ibu saat perutnya semakin besar,
dan tak habis-habisnya memek dan anus Ibu menjadi sasaran kontolku, hanya saja
begitu kehamilan Ibu mencapai 7 bulan, aku dan Ibu lebih banyak beroral sex
untuk mencegah sesuatu yang fatal bagi bayi kami.
Aku benar-benar tak dapat membayangkan saat Ibu melahirkan
karena aku yang dulu dilahirkan oleh Ibu kini punya anak yang juga dilahirkan
oleh wanita yang sama dengan yang melahirkanku, dan anak laki-laki yang kuberi
nama Aldo itu tumbuh sehat seperti anak lainnya, dibawah bimbinganku dan Ibuku.
Mbak Mona sendiri selepas SMA pergi ke Yogyakarta untuk melanjutkan kuliah,
sehingga keadaan ini membuatku dan Ibu seperti sepasang suami istri di rumah.
Post a Comment