Cerita Seks Ibu Membantuku Menyalurkan Nafsuku
Cerita Seks Ibu Membantuku Menyalurkan Nafsuku
![]() |
Cerita Seks Ibu Membantuku Menyalurkan Nafsuku |
DewaPoker - Namaku Limton, umur 30 tahun, punya pengalaman unik, bersetubuh dengan ibu kandungku sendiri sewaktu aku berusia 14 tahun.
Ceritanya begini, aku adalah anak laki-laki satu-satunya
dari dua
bersaudara. Waktu aku SMP, orang tuaku, yang adalah pedagang
beras di kota Tuban, mengirim aku sekolah ke Surabaya, tempat kakak perempuanku yang sudah di SMA juga belajar.
Aku kost di rumah ibu Sandra, yang rumahnya tepat di depan
rumah kost kakak perempuanku di daerah Tambaksari.
Biasanya tiap bulan ibuku datang ke Surabaya untuk menengok
dan
memberi kami uang saku.Dia biasanya tidur sekamar dengan
kakak
perempuanku, Rina, di kamar kostnya.
Tapi waktu itu kebetulan, mbak Rina lagi ikut camping ke
Tretes, maka ibu terpaksa tidur di kamar kostku. Ibu Sandra, pemilik
rumah kost tentu mengijinkan, karena kami adalah anak dan ibu kandung.
Rupanya, ibu tidak tahu bahwa anaknya yang kini sudah kelas
tiga SMP ini mulai suka perempuan, dan bukan anak ingusan lagi.Maka
terjadilah peristiwa itu.
Ceritanya begini, karena terlalu capek, ibu langsung
tertidur pulas
di tempat tidurku. Tapi aku, entah bagaimana tiba-tiba
terbangun pada pukul 12 malam. Entah, setan mana yang merasuki aku, malam
itu kontolku memang tegang alias ngaceng melihat daster tipis
yang dipakai ibuku tersingkap. Hatiku sudah dag-dig-dug antara
mau menyetubuhinya atau tidak. Aku memang malu kalau ketahuan
melakukan itu, tapi nafsuku susah kuredam.
Maka pelan-pelan ku singkapkan daster ibuku sampai ke
pinggang.
Hatiku makin keras berdegup melihat kedua paha ibu yang
putih mulus.
Dalam usianya yang 38 tahun, ibu masih tampak segar.
Pelan-pelan kulorot celana dalam ibu, dan kulihat bulu-bulu
halus
tampak di sekitar selangkangannya. Tepat di tengah
selangkangan itukulihat sebuah garis dua garing memanjang bewarna merah tua,
kemaluanibuku.
Melihat ini, aku seakan lupa kalau wanita yang telentang itu
adalah
ibu, maka aku segera melucuti celana dalamku sendiri, dan
merangkak di antara kedua pahanya. Batang kemaluanku yang sudah
berdenyut- denyut karena tegang itu segera kuarahkan ke sebuah lubang
kecil di antara kedua garis merah itu.
Sekali ayunkan pantat, masuklah batang penisku ke dalam
liang vagina yang limabelas tahun yang lalu melahirkan aku ke dunia ini.
Sreettt... kepala kemaluanku menggesek dinding kemaluan ibu,
aduuhhh rasanya enuaaak! Semakin dalam kubenamkan kemaluanku semakin
enaak rasanya.
Blessss!Amblas sudah seluruh kemaluanku ke dalam vagina ibu.
Srettt... aduh enak rasanya ketika kutarik. Blesss... aduhh
masuk
lagi, enak lagi, Srettt, aduh enaknya ketika kutarik lagi.
Bless-Sreettt-Blesss-Srettt, akupun makin hanyut dalam
kenikmatan.
Batang kemaluanku seperti dipilin-pilin, nikmat!
Tiba-tiba ibu membuka mata, dia membelalak kaget ketika
mengetahui aku berada di atas tubuhnya yang terlentang.
"Haii, Limton! apa-apaan ini?" bisiknya, takut
kalau orang lain
mendengar suaranya.Mata ibu makin membelalak ketika melihat
batang kemaluanku sudah amblas ke liang vaginanya.
"Ton, kau gila apa? aku ini khan ibu kandungmu?"
kata ibu sambil
mendorong aku sekuat tenaga.
Plep! batang kemaluanku tercabut dari vagina ibu ketika aku
terdorong sampai jatuh terduduk.
"Ampun, bu, aku nggak tahan," kataku sambil
menutup kemaluanku. Malu rasanya berbuat begitu pada ibu sendiri.
"Lho. kamu khan masih SMP, masih 14 tahun, masak sudah
pingin
begituan," kata ibu.
"Bu, aku sungguh pingin, tapi tidak ada salurannya.
Tadinya aku mau ke tempat pelacuran, tapi ibu keburu datang, maka jadilah
semua ini," bisikku sambil menunduk malu.
"Lho, kamu tidak boleh main dengan pelacur! kotor itu,
nanti kamu
sakit," kata ibu.
"Tapi aku sungguh ndak tahan bu," kataku masih
menunduk.
Tiba-tiba ibu mendekatkan wajahnya ke mukaku dan
berkata," Ton, kamu jangan ke pelacur, malam ini ibu kasih kamu kesempatan untuk merasakan seks, tapi janji kamu tidak ke pelacur,"
katanya.
Aku kaget, tidak kusangka ibu tidak marah. Rupanya di lebih
kawatir kalau aku main dengan pelacur.
"Ibu tidak marah?" kataku seolah tidak percaya.
"Apa boleh buat, daripada kamu ke pelacur,"
katanya..
Lalu ibu melepas pakaiannya sehingga dia kini telanjang
bulat.
Harus kuakui ibu adalah seorang wanita seksi, buah dadanya tampak
masih padat, perutnya datar, kulit tubuhnya halus.
Melihat ini batang kemaluanku tegang lagi. Langsung aku
menindih tubuh ibu, kujilati semua bagian tubuhnya, ketiak dan
selangkangannya tidak terkecuali.
Dan puncaknya pun tiba, kemaluanku kembali menelusuri
jepitan dinding vagina ibu.
Blesss-srett--bless-srettt-bless, srettt, batang penisku
semakin
cepat keluar masuk liang vagina ibu untuk merasakan
kenikmatan yang semakin memuncak.
Ibu tampak memejamkan mata, tangannya sekali-kali membelai
punggungku. Aku pun juga sekali-kali menghentikan gerakan
penisku, maklum berkali-kali aku merasakan kenikmatan yang luar biasa
sehingga hampir memuncratkan air mani.
Sambil berhenti aku membenamkan dalam-dalam batang penisku
dalam jepitan vagina ibu yang licin dan hangat. Sementara itu
bibirku rajin menjilati buah dadanya, kuhisap kedua putingnya, kuciumi dan
kujilati kedua ketiaknya. Shhhhh, nikmatttt!
Bunyi lendir yang terkocok makin keras bunyinya ketika aku
kembali menggerakkan pantatku naik turun. Ibu memang nikmat, batang kemaluanku seperti diurut-urut oleh daging lincin dan
berlendir, enuaaak rasanya.
Tiba-tiba aku tidak dapat mengontrol kenikmatan ini, batang
kemaluanku betul-betul menyentuh bagian ternikmat dalam
vagina ibu, sehingga aku meregang, tegang, aduuuuhhh enakknyaaa
buuu, "crut,crut,crut,crut" air maniku muntah ke
dalam vagina ibu.
Akupun lemas, tertidur di sebelah tubuh ibu.
Pagi harinya, ibu berpesan agar aku tidak menceritakan
kepada siapa- siapa kejadian itu,dan agar aku tidak ke pelacur. Pengalaman
bersetubuh dengan ibu kandungku yang kedua kalinya terjadi sebulan kemudian, ketika ibu kembali mengunjungi aku dan
kakak perempuanku.
Sudah dua malam itu ibu tidur dengan kakak perempuanku,
biasanya ibu tinggal sampai empat malam di Surabaya sebelum kembali ke Tuban.
Pada malam ke tiga, aku mampir ke rumah kost kakak
perempuanku yang terletak persis di depan rumah kostku. Kulihat ibu tengah
duduk sendirian di kamar kakakku, rupanya kakak lagi pergi kursus
malam itu.
"Lho, kamu koq nggak belajar?" sapa ibu ketika
melihat aku memasuki rumah kost itu.
"Aku lagi pusing, bu?" jawabku pelan.
"Kenapa, kamu sakit?" tanya ibu sambil menempelkan
tangan kanan di keningku.
"Ah enggak, cuma......" kataku tertahan.
"Cuma apa?" Ibu mengejar.
"Bu, maaf... saya lagi pengin bener untuk melakukan
lagi," bisikku.
"Melakukan apa?" cecar ibu.
"Itu lho, yang kita lakukan di kamar saya bulan
lalu," jawabku sambil tersipu-sipu.
"Ya ampun, Ton, kamu mau lagi?" tanyanya.
"iya bu, nggak kuat rasanya," kataku menunduk.
"Tapi kamu tahan khan selama ini, tidak ke
pelacur?" tanya ibu lagi.
"Ndak bu, saya takut kena penyakit," jawabku lagi.
"Oke deh, kamu pulang dulu ke kamarmu, nanti sebentar
lagi ibu
menyusul ke sana," Jawab ibu sambil berdiri.
Hatiku pun dag-dig-dug membayangkan apa yang bakal terjadi.
Batang penisku kontan menggeliat-geliat ingin segera merasakan
elusan- elusan dan pilinan-pilinan dari vagina ibu. Aku segera
ngacir pulang ke rumah kostku, dan masuk ke kamar.
Tak lama kemudian, kudengar ibu bercakap-cakap dengan ibu
kostku, Bu Sandra.
"Bagaimana anak saya, Bu Sandra?" tanya ibu.
"Oh, baik-baik saja bu, dia rajin sekali
belajarnya," Jawab Bu
Sandra.
"Ini bu, saya mau berbicara agak pribadi dengan anak
saya, boleh kan saya masuk ke kamarnya?" tanya ibu.
"Oh silahkan bu, silahkan saja, monggo," kata Bu
Sandra.
Sementara itu, aku sudah nggak tahan, sambil menunggu ibu,
telapak tanganku mengelus-elus kepala batang penisku, aduuh,
enaknya, apalagi ujung penis itu sudah mengeluarkan cairan bening dan licin.
Tiba-tiba, pintu kamarku terbuka, dan masuklah ibuku, yang
malam itu masih mengenakan celana pendek warna hitam dan kaus putih.
Buah dadanya tampak padat menggelayut di dadanya. Melihat aku tiduran sambil memainkan batang penisku, ibu tersenyum sambil
menggelengkan kepala.
"Ya ampun anak ibu sudah nggak sabaran," katanya,
lalu tangannya
bergerak melepas kausnya, breettt. Aku terbelalak, melihat
kulit
tubuh ibu yang masih mulus, kuning langsat. Glek, glek, aku
menelan ludah beberapa kali.
Breet, ya ampun, kini kutangnya pun ditanggalkannya.
Glek,glek, aku kembali menelan ludah membayangkan nikmatnya menjilati kedua
buah dada yang kenyal dan padat itu.
Sroott, kini malah celana pendeknya dilorotnya, lalu sroot
lagi, kini
dia sudah telanjang bulat. Aduhh mak! aku ndak tahan menyaksikan ibu telanjang bulat. Batang penisku makin berdenyut-denyut.
Dengan langkah pelan ibu mendekati aku, ia tersenyum melihat
aku
gemetaran.Aku makin menggigil ketika tangan kanan ibu
menyelusup masuk ke celana pendekku.
Kurasakan ada aliran kenikmatan di batang penisku ketik
jari-jari
tangan itu mengusap batang penisku.
"Sebenarnya kamu masih kecil nak, kontolmu pun masih
kecil, tapi koq kamu sudah punya keinginan kuat untuk bersetubuh," kata
ibu.
"Ayo lepas pakaianmu," tambahnya.
Tanpa dikomando dua kali, aku segera melucuti pakaianku.
Kini kami berdua telanjang bulat. Ibu pun mulai merebahkan badannya di
ranjang, kedua pahanya dibuka untuk menyambut tubuhku. Tepat di
tengah selangkannya, kulihat dua garis merah tua terbuka, dan
persis di tengah garis itu, kulihat ada lubang kecil yang terbuka
sedikit, liang vagina ibu.
Tapi aku tidak segera memasukkan batang penisku ke sana,
meski
kontolku meronta-ronta seperti memprotes keras.
Aku lebih tertarik untuk menciumi dulu kedua gundukan daging
di dada ibu, sambil meremas-remas, mengelus-elus gundukan susu itu.
Mmmmm.....enak katakku dalam hati ketika mencium bau wangi
campur keringat di buah dada ibu. Ingin rasanya kugigit kedua
puting susunya, tapi aku tidak sampai hati.
Ibu sendiri tampak pasrah, matanya terpejam, tangannya
mengelus-elus punggungku.
Kini aku sudah nggak tahan betul, sebab batang kemaluanku sudah
meronta keras. Maka pelan-pelan kuarahkan batang kemaluan
itu ke liang vagina ibu, dan Blesssssss, enaaaaakkkkk, masuklah
batang penisku untuk keduakalinya keliang memek ibu, yang dahulu
melahirkan aku ke dunia ini.
Blesss, srettt, bless, sretttt, batang kemaluanku kembali
melakukan
gerakan keluar masuk liang vagina itu. Aduuuuuhhhhh seperti
diurut- urut deh rasanya, enakkkk seperti dielus-elus daging basah,
kenyal dan berlendir licin.
Bless, srett, bless, sretttt, enuaaakkkkk, serasa otot-otot
lingkar
dalam kemaluan ibu ikut-ikutan berdenyut-denyut
menjepit-jepit batang kemaluanku.
Ibu masih memejamkan mata, tapi gerakan tangannya makin
cepat
mengelus-elus punggungku, mungkin dia juga merasakan
kenikmatan ini.
Semakin cepat aku melakukan gerakan memompa, semakin nikmat
rasanya, seolah ada ribuan semut yang lari dari ujung kemaluanku ke
pangkal kemaluanku, geli-geli nikmat. Buah dada ibu yang besar itu
ikut bergoyang-goyang seirama dengan sodokan kemaluanku.
"Aduhhh bu, aku nggak tahan lagi," desahku dalam
kenikmatan yang amat sangat.
Bless, srettt, bless, srettt, kemaluanku terus mengocok di
dalam
liang vagina ibu yang sempit. Crot-crot-crot bunyi lendir
yang
terkocok dalam liang vagina ibu terdengar seirama dengan
makin
memuncaknya kenikmatan yang kurasakan.
Tiba-tiba aku merasakan kenikmatan itu sudah memenuhi
selangkanganku, buah pelirku sudah penuh dengan kenikmatan, dan siap
memuntahkannya.
Adduuuuuhhh kataku sambil mempercepat gerakan penisku.
Bless-srettt-blesss-srettt.......Aukhhhhh
Crut-crut-crut-crut, air
maniku muncrat ke liang memek ibu.
"Aduh bu, enaaaaakkkk" kataku pelan, ibu cuma
tersenyum
"Nanti kalau kamu lulus SMP dengan nilai bagus, ibu
akan memberimu pelayanan yang terbaik, ternikmat," kata ibu tersenyum.
Hubungan seksku dengan ibu kandungku berlangsungs setiap
bulan
sekali, yakni ketika dia mengunjungiku. Janjinya untuk
memberi
pelayanan istimewa kalau aku lulus dengan nilai baik pun
jadi
kenyataan, karena aku termasuk dalam tiga besar lulusan
terbaik di
SMPku.
Pelayanan istimewa itu tidak diberikan di kamar kostku di
Surabaya, melainkan di satu losmen di Tretes, yang berhawa dingin itu.
Losmen itu menjadi saksi bisu dari pelayanan istimewa yang
diberikan ibu. Begini ceritanya:
Malam itu ibu meminta aku melucuti pakaianku hingga
telanjang bulat, dan memintaku telentang di tempat tidur. Lalu, dia juga
melucuti pakaiannya sampai telanjang bulat. Busyet!!! kemaluanku
langsung meronta-ronta, nyut-nyut-nyut, berdenyut-denyut begitu
mataku melihat tubuh ibu yang kuning langsat, dan kedua buah dadanya yang
padat tanpa sehelai benangpun.
"Tenang dulu, kamu tidur dulu, pejamkan mata,"
kata ibu padaku yang hampir menubruk tubuhnya.
Akupun menurut, kuletakkan kepalaku di bantal, dan
memejamkan mata.
Tiba-tiba, aku merasa ada sesuatu yang hangat di kepala
kemaluanku.
Hangat basah.....apa ini??? Ya ampunnn kepala penisku sudah
masuk ke mulut ibu. Aduuhhhh, enaknya ketika lidah ibu memainkan
ujung batang penisku. Aduuuhhh....sshhhhhhh. Aku mendesis ketika lidah
itu terus mengusap-usap ujung penisku dan kepala bagian bawah dari
penisku.
Rasanya geliiiiii, nikmattttt. Lidah ibu terus menyusur ke batang penisku dengan gerakan
mengusap- usap. Aduuhhhhh....rintihku.
Lidah itu kini sudah sampai di buah pelirku, memandikan buah
pelirku dengan air liur ibu yang hangat. Geliiiii deeeehhhhhh.
Sssshhhhhhh....
Setelah itu, giliran pangkal paha kananku diselusurinya.
Lidah itu
mengusap-usap pangkal paha kananku, terus menyusur ke paha,
lutut, ke ujung kaki. Aduuhhhhh Sssshhhhhh. Lalu ke ujung kaki kiri,
naik lagi ke tulang kering, ke lutut, ke pangkal paha, dan naik terus
ke buah zakar, ke batang penis, ke kepala penis.
Ampuunnnnnn enuaaaknyaaaaa.
Kini, lidah itu sudah naik menyusuri perutku, menjilat-jilat
pusarku, terus naik lagi ke dada kanan, melumuri puting susu kananku
dengan air liur yang hangat, puting susu kiri juga, lalu ke leher,
dan akhirnya ke mulut....
Mmmmmmm kuhisap lidah itu ketika memasuki mulutku, kugigit
sedikit dengan gemasssss... Tiba-tiba, aduuhhhh...aku merasa batang kemaluanku memasuki jepitan daging hangat, kenyal dan
berlendir....vagina ibu. Rupanya saat mulutku asyik
menikmati
lidahnya, ibu menyodokkan vaginanya ke batang kemaluanku
yang memang sudah nyut-nyut-nyut itu.
Tanpa mengeluarkan lidahnya dari mulutku, ibu mulai menekan
pantatnya ke bawah. Blesssss.... Ujung penisku seolah diurut oleh
daging yang bergerinjal, dan basah dalam vagina ibu, enuaakkkkkkkkkkkkkkkkkkk.
Ibu terus melakukan gerak memompa. Blesss-sretttt-blesss-
srettt....... aduhhhhh batang kemaluanku kembali merasakan
elusan dan remasan dinding vagina ibu. Akupun menggelepar sehingga
lidah ibu keluar dari mulutku. Tapi lidah ibu terus mengejar, sehingga
bisa kembali masuk ke dalam mulutku. Sementara pantatnya tetap
memompa.
Crep-crep-crep-crep. Aduhhhhh... bu, enaak....rintihku
pelan.
Tiba-tiba ibu melepaskan mulutnya dari mulutku. Kini
tangannya
bertumpu pada dadaku, dan dia mulai memutar-mutar pantatnya
seolah gerakan seorang penyanyi dangdut. Serrrrrr-serrrrr-serrrrr
batang peniskupun ikut terputar kekiri dan ke kanan seirama dengan
putaran pantat ibu. Addduuuuuuhhhh, nggak tahaannn nih.... desisku.
Ibu tidak ambil pusing dengan rintihanku, dia tetap memutar,
memompa, memutar, memompa pantatnya. Crot-crot-crot, bunyi lendir
terkocok terdengar dari vagina ibu.
Buah dada ibu yang padat itu juga ikut tergoyang-goyang
seirama
dengan gerakkan tubuhnya, sementara perutnya tampak menahan
dan melepaskan nafas.
Sekitar lima menit aku terombang-ambing dalam kenikmatan
yang luar biasa, sampai ketika ibu mulai mengubah posisi. Kini wajah
dan badannya membelakangi aku, sehingga pantat dan punggungnya yang menghadap ke mukaku. Sementara tangannya bertumpu pada
lututku, pantatnya kembali memompa. crot-crot-crot lendir kembali
terkocok, tapi kali ini lebih keras karena batang penisku tertekan
mengarah ke ujung kaki, bukan ke atas ke kepala.
Aduhhhhhh enaaakknyaaaa.......Seluruh otot lingkar dalam
vagina ibu makin erat melingkari batang penisku sehingga tiap tarikan
dan
tusukan memberi rasa pijatan yang nikmat pada batang
penisku.
Ssshhhhhhhh..... enaakkk.
Kenikmatan itu makin menumpuk dan mendekati puncaknya ketika
gerakan pantat ibu makin cepat. Batang penisku makin membengkak
karena serasa tertekan ke bawah, sehingga menambah kenikmatan yang
menjalar di sana.
Ketika ibu makin mempercepat kocokkannya, aku tak tahan
lagi, aku segera bangun memeluk tubuh ibu dari belakang, kuremas buah
dadanya, sementara batang penisku terus mengalami kocokan-kocokan
dari vagina ibu. Crot-crot-crot, bunyi lendir makin keras, dan akhirnya oohhhhhhhhhh.... crut-crut-crut-crut, air maniku muncrat,
membasahi liang vagina ibu.
"Aduhhhh puas bu," kataku kembali merebahkan diri.
Ibu cuma tersenyum lalu berkata,"itu hadiah kelulusan
kamu dari SMP."
"Terimakasih, tapi masih ada ronde kedua dan ketiga
khan?" tanyaku.
"Pasti deh...., tapi nanti ibu mau cebok dulu,"
katanya sambil menuju kamar mandi dalam kamar losmen itu.
Malam itu aku mengalami ejakulasi dua kali lagi dari ronde
kedua dan ketiga dengan ibu. Esoknya kami check-out dari losmen untuk
menuju ke Tuban.
Post a Comment