Cerita Seks Bercinta Dengan Gadis Chinese
Bercinta Dengan Lina Si Gadis Chinese
DewaPoker - Saat aku sedang suntuk di kos kosan aku ingin keluar dan
mencari suasan baru, saat itu cuaca sungguh mendukung dimana udaranya yang
sejuk dan sedang mendung, aku berkeliling enggunakan angkutan umum kali ini aku
jalan jalan di sebuah Mall besar di kota tersebut, banyak sekali wanita wanita
cantik apalagi hari ini hari Jumat banyak wanita wanita yang sedang jalan
jalan.
Mataku liar melirik-lirik wanita putih mulus dan trendy.
Entah kenapa sejak dulu aku terobsesi dengan wanita Chinese yang menurut
pandanganku adalah tipikal sempurna dalam banyak hal. Di lantai paling atas,
mataku tertuju kepada seorang gadis cantik dan seksi, sedang makan sendirian,
tak ada teman.
Dengan teknik yang biasa kulakukan, kudekati dia. Kami
berkenalan sejenak dan dia menawariku ikut makan. Aku bilang aku sudah kenyang.
Dia bernama Lina Kami seumuran atau paling tidak dia lebih tua dua tahun
dariku. Setelah ngobrol agak lama, dengan mengeluarkan jurus empuk tentunya,
dia mengajakku pulang bersama, karena aku mengaku akan menunggu angkutan sampai
hujan reda.
Akhirnya, aku pun setuju, dan segera berangkat bersamanya.
Di dalam mobil, aku tak bisa tenang karena ketika menyetir, aku bisa melihat
dadanya yang montok dan paha mulusnya bergerak gesit menguasai kemudi.
Tapi dia tidak menyadari itu, karena aku tahu dia tidak akan
suka. Hal itu kusadari dari pembicaraan sebelumnya. Dia kelihatannya wanita
baik-baik. Tapi konsentrasiku sangat terganggu apalagi jalanan di kota Surabaya
yang tidak rata membuat dada indah yang bersembunyi di balik bajunya
bergoyang-goyang. Ditambah lagi harum tubuhnya yang sangat merangsang. Akhirnya
timbul pikiran jahat di otakku.
Aku pindah ke belakang ya.. kataku.
Kenapa?
Aku ngantuk, mau tiduran, nanti turunkan aku di jalan
Kertajaya, kataku berpura-pura.
Saat itu sejuta rencana jahat sudah merasuki otakku.
Ok, tapi kamu jangan terlalu pulas ya.. nanti ngebanguninnya
susah, katanya polos.
Di kala otakku sudah kesetanan, tiba-tiba
Jangan berisik atau pisau ini akan merobek lehermu, ancamku
seraya menempelkan pisau lipat yang biasa kubawa. Itu sudah menjadi kebiasaanku
sejak di Medan dulu.
John apa-apaan nihh..? teriaknya gugup, karena terkejut.
Aku peringatkan, diam, jangan macam-macam! bentakku sambil
menekan permukaan pisau lebih kuat.
Aku sudah kehilangan keseimbangan karena nafsu.
Jalankan mobilnya dengan wajar, bawa ke daerah Petemon
cepat..!
Ehh.. iiya.. iyahh jawabnya dengan sangat ketakutan.
Tas yang tadi diletakkan di jok belakang segera kubuka.
Seluruh uang dan kartu kreditnya langsung berpindah ke kantongku.
Bawa ke Pinang Inn cepat! bentakku lagi.
Kali ini aku sudah pindah ke jok depan, dan pisau
kutempelkan di pinggangnya. Sepanjang perjalanan wajahnya pucat dan sesekali
memandangiku, seolah minta dikasihani.
Jangan mencoba membuat gerakan macam-macam atau kamu
kulempar ke jalan mengerti? ancamku lagi sambil berganti posisi.
Aku mengambil alih kemudi. Entahlah, saat itu aku merasa
bukan diriku lagi. Mungkin iblis sedang menari-nari di otakku. Dia hanya
membisu, dengan tubuh gemetar menahan rasa takut. Tiba-tiba HP-nya berbunyi,
kurebut HP itu dan kuhempaskan di jalan sampai pecah.
Ingat jangan bertindak aneh-aneh kalau masih ingin hidup pesanku
sesampainya di parkiran Pinang Inn.
Mobil langsung masuk garasi, dan aku menghubungi Front
Officer. Kubayar, lalu kembali ke garasi.
Keluar!
Dengan wajar kugandeng dia masuk kamar. Kukunci dan kusuruh
dia telentang di kasur yang empuk.
Kunyalakan TV channel yang memutar film-film
biru. Pinang Inn memang disediakan untuk bermesum ria.
Dia kelihatan semakin ketakutan, ketika melihatku langsung
membuka baju dan celana. Dengan hanya menggunakan CD, kurebahkan tubuhku di
sampingnya dengan posisi menyamping. Pisau itu kugesek-gesek di sekitar
dadanya.
Agar proses ini tidak menyakitkan, kamu jangan bertingkah..
atau besok mayatmu sudah ditemukan di laut sana paham? John.. ke.. ke napaa..
jadi be.. gii.. ni? Apa.. salahku? dengan ketakutan dia berusaha membuatku
luluh.
Salahmu adalah kamu memamerkan tubuhmu di hadapan singa
lapar. Segera, seluruh bajunya kusobek
dengan pisauku yang tajam. Mulai dari bagian luar sampai dalamnya. Kini dia
telanjang bulat di antara serpihan pakaian mahal yang kusayat-sayat.
Dia menagis, mata sipitnya bertambah sipit karena berusaha
menahan air mata yang mulai mengalir deras ditingkahi isaknya yang sesenggukan.
Sejenak aku tertegun menyaksikan keindahan yang terpampang di hadapanku.
Dada putih mulus yang montok, tubuh langsing, dan ups liang
kemaluannya yang merah muda bersembunyi malu-malu di antara paha yang
dirapatkannya. Kubuka pahanya. Jangann John kumohon jangan pintanya memelas.
Aku sudah tidak peduli.
Hei Lin bisa diam nggak? Mau mati? Hah? ancamku sambil
menampar pipinya. Wajahnya sampai terlempar karena aku menamparnya cukup keras.
Silakan menjerit ini ruangan kedap suara ayo menjeritlah, ejekku kesenangan.
Segera kulebarkan pahanya, kuelus permukaan kemaluannya
dengan lembut dan berirama. Sesekali dia menatapku. Ada juga desah aneh di
bibirnya yang tipis. Aku terus mengelus kemaluan itu, sambil dua jariku yang
menganggur mempermainkan puting susunya bergantian.
Dia hanya bisa mendesah dan menangis. Kudekatkan wajahku ke
sela paha mulusnya. Dengan perasaan, kukuak liang kemaluannya, indah sekali.
Seumur hidup, baru kali ini aku melihat kemaluan wanita seindah itu. Bentuknya
agak membukit mungil, ditumbuhi bulu yang halus dan lemas. Bibir kemaluannya
kupegang, kemudian lidahku kujulurkan memasuki lubang yang nikmat itu. Kujilati
dengan perlahan, mengitari seluruh permukaannya.
Shhh John Johnhh.. jangaaann sshh Lina sampai terduduk.
Ada sesuatu yang lucu. Dalam situasi itu sempat-sempatnya
dia menggoyang pinggulnya mendesak mulutku, dan menjambak rambutku sesekali.
Dalam hati aku tertawa, Dasar wanita munafik.
Ayo Lin ayo kataku pelan mengharap cairan itu segera keluar
membasahi kemaluan indahnya. Saat itu kesadaranku perlahan hadir. Perlakuanku
kubuat selembut mungkin, namun tetap tegas agar Lina tidak bertindak ceroboh.
Kali ini lidahku mengait-ngait klitorisnya beraturan namun
dengan arah lidah acak. Dia makin bergetar. Goyangan pinggulnya terasa sekali.
Lho diperkosa kok malah enjoy ayo.. nangis lagi mana? olokku.
John jangannhh.. janganh balasnya malu-malu, berusaha
menggeser kepalaku dari selangkangannya.
Tapi setelah kepalaku digerakkan ke
samping, malah ditariknya lagi hingga mulutku langsung terjatuh di bibir
kemaluannya. Aku pun paham, dia ingin menunjukkan ketidaksudiannya, namun di
lain pihak, dia sangat menginginkan sensasi itu.
Nih.. aku kasih bonus.. silakan menikmati kataku sambil
melanjutkan jilatanku.
Sementara tanganku yang kiri membelai payudaranya bergiliran
secara adil. Kiri dan kanan.
Sementara tangan kananku kuletakkan di bawah
pantatnya. Pantat seksi itu kuremas sesekali.
Oghhh sshhh Lina menggelinjang menahan nafsu yang mulai
merasuki dirinya. Sesaat dia lupa kalau sekarang dia dalam keadaan terjajah.
Sshhh terrusshh.
Perlahan lahan, cairan yang kunanti keluar juga. Secara
mantap, lendir bening itu mengalir membasahi liang kemaluannya yang semerbak.
Johnnhhh Johnhhh Dia berteriak di sela orgasmenya yang
kuhadiahkan secara cuma-cuma.
Aduh.. Lin.. yang benar aja Dong ringisku karena saat
orgasme tadi, kukunya yang lentik melukai pundakku.
Maaf maaf Johnhh.
Aku berhenti sesaat untuk memberinya waktu istirahat. Aku
berdiri di samping ranjang. Dia terkulai lemas. Pahanya dibiarkan terbuka.
Kemaluan genit itu sudah mengundang batang kemaluanku untuk beraksi. Namun aku
berusaha menahan, agar pemerkosaan ini tidak terlalu menyakitkan. Kami
berpandangan sejenak. Dia sudah tidak melakukan perlawanan apa-apa, pasrah.
John aku tahu kamu sebenarnya baik, jangan sakiti aku yah
aku mau menemani kamu di sini, asal kamu tidak melukai aku pintanya sambil
mengubah posisi telentangnya menjadi duduk melipat lututnya ke bawah pantat.
Liang kemaluannya agak tersembunyi sekarang.
Kamu masih perawan nggak? tanyaku ketus.
Iyah.. masih.
Nah.. sayang sekali, kalau mulai besok kamu sudah menyandang
gelar tidak perawan lagi
Ah dia tercekat.
John semua uang tadi boleh kamu ambil.. tapi mohon jangan
yang kamu sebut barusan empat hari lagi aku menikah John kumohon John.
Ah daripada cowok lain yang merasakan nikmatnya darah segar
kamu, mending aku curi sekarang kataku cepat sambil mendekatinya lagi.
John jangan kumohon.
Diam!
Ingat pisau ini sewaktu-waktu bisa mengeluarkan isi perutmu
ancamku.
Lina terkejut sekali, karena menyangka aku sudah berbaik
hati. Padahal aku juga tidak sungguh-sungguh marah padanya. Mungkin karena aku
yang sudah terbiasa berteriak-teriak membuatnya ketakutan.
Sekarang giliranmu, kukeluarkan batang kemaluanku yang sudah
agak terkulai.
Kupikir aku nggak perlu menjelaskan lagi cara membangunkan
preman yang satu ini kataku sambil mengarahkan kepalanya berhadapan dengan
batang kemalauanku yang lumayan besar.
Sejenak dipandanginya diriku. Tanpa berkata apa-apa dia
memegang batang kemaluanku dan mengocoknya perlahan. Dikocoknya terus sampai
perlahan, si batang andalanku naik.
Cuma itu? tanyaku lagi.
Dibuka mulutnya dengan ragu-ragu, kebetulan sekali adegan di
TV channel juga sedang memperagakan hal yang sama. Aku sebenarnya ingin
tertawa. Tapi kutahan, karena gengsi kalau dia tahu. Dikulumnya batang
kemaluanku. Aku berdiri di atas ranjang. Dia berjongkok dan mulai menggerakkan
kepalanya maju mundur.
Ahhh aku mengerang merasa nikmat sekali.
Kulihat matanya sesekali melirik TV. Biar saja, pikirku
dalam hati. Toh ini demi keuntunganku. Dijilatinya kepala kemaluanku. Tapi dia
tidak berani menatap wajahku.
Auhhgghh…..
Jangan dilepas seruku tertahan.
Aku jongkok dengan mengarahkan kepala ke sela pahanya. Aku
telentang di bawah. Posisi kami sekarang 69. Sewaktu berputar tadi dia
menggigit kemaluanku agar tidak lepas dari mulutnya. Lucu memang. Dengan bibir
kemaluan tepat di atas wajah, kujilati dengan mantap.
Kali ini gerakan lidahku liar mengitari permukaan
kemaluannya. Sesekali kusedot bukit kecil itu sambil memasukkan hidungku yang
kebetulan mancung ke lubang senggamanya.
Oghhh Ahhh Kami berseru bersahutan. Kubalikkan tubuhnya.
Sekarang dia ada di bawah, namun tetap 69. Kali ini aku lebih leluasa menjilati
kemaluannya.
Augghhh Johnhh enakkhh terusshh pintanya.
Lalu kembali menyantap batang kemaluanku dengan garang.
Sesekali aku merasakan gigitan kecil di sekitar kepala kemaluan. Pintar juga dia,
pikirku dalam hati.
Lidahku kujulurkan masuk ke lubang sempit itu dan menari di
dalamnya. Pantatku kugoyang naik-turun agar sensasi batang kemaluan yang berada
di kulumannya bertambah asyik. Sambil menjilat liang kemaluan itu, jari-jariku
mempermainkan bibir kemaluannya. Ougghh John enakkhh.. Johnnhh.. ahhhh Johnnhh
serunya dibarengi aliran hangat yang langsung membanjiri lembah merah muda itu.
Sekarang waktunya Lin.
Aku mengambil posisi duduk di antara belahan kedua kakinya.
Dia masih telentang. Kugesek lagi kepala kemaluanku yang sudah mengeras
sempurna beradu dengan klitorisnya yang menegang. Dia setengah duduk dengan
menahan tubuhnya pakai siku tangan, dan ikut menyaksikan beradunya batang
kemaluanku dengan klitorisnya yang sudah menjadi genit. Batang kemaluanku itu
kuarahkan ke liang kemaluannya.
Jangann kumohon Johnh jangan.. serunya tertatih sambil
mencengkeram batang kemaluanku.
Aku bersedia memuaskan nafsumu, dengan cara apa saja, asal
jangan mengorbankan pusakaku.
Oh ya? Kalau dari anus mau nggak? tantangku.
Tapi sebenarnya aku tidak lagi perduli karena kemaluanku
sudah minta dihantamkan melesak lubang kemaluannya.
Yah.. terserah kamu John..
Nggak.. mau aku cuma mau yang ini, ini lebih enak.. teriakku
sambil menunjuk liang kemaluannya.
Nih.. pegang.. masukin. Dengan ragu dipegangnya batang
kemaluanku.
John apa tidak ada cara lain?
Cara lain? Ada-ada saja kamu Hei kamu jangan bertingkah lagi
ya jangan sampai kesabaranku hilang. Kamu beri satu milyar pun sekarang aku nggak
bakalan mau melepaskan punya kamu itu sekarang.
Aku sudah nggak tahan paham
paham? paham..? bentakku dengan nada suara lebih meninggi. Pisau yang tadi
kusembunyikan di bawah kasur kuacungkan dan kutekan kuat di dadanya.
Johnn sakitt.. jangann rintihnya ketika pisau tadi melukai
dada putihnya. Aku terkesiap. Namun tak peduli.
Ayo.. dimasukin kali ini pisau kutekan lagi.
Darah segar mengalir perlahan dari luka yang kuperbesar,
walau tidak begitu parah.
Dengan berat disertai ketakutan, dipegangnya kemaluanku.
Diarahkannya ke liang kemaluannya.
Sulit sakitt.. John.. ampunn.. John..
Pegang ini, kataku tidak sadar karena memberikan pisau itu
ke tangannya. Dia juga tidak menyadari kalau sedang memegang pisau. Lucu
sekali. Aku hanya bisa tersenyum kalau mengingat masa itu.
Aku menunduk dan
menjilati kemaluannya.
Dia melihatku menjilati barangnya. Sesekali kami bertatapan.
Entah apa artinya. Yang pasti aku merasa sudah memiliki mata sipit yang
menggemaskan itu. Digerakkannya pinggul besarnya seirama jilatanku. Kuremas
juga susunya yang segar merekah.
Augghhh Ahhh jilatanku kupercepat. Cairannya mengalir lagi
walau tidak sebanyak yang tadi. Aku kembali duduk menghadap selangkangannya.
Tiba-tiba aku sadar kalau sebilah pisau ada di tangannya. Segera kuambil dan
kulempar ke lantai. Dia juga baru sadar setelah aku mengambil pisau itu. Namun
sepertinya dia memang sudah takluk.
Lin.. ludahin ke bawah.. yang banyak kataku sambil menunjuk
kemaluannya. Kami sama-sama meludah. Kuoleskan liur yang menetes itu ke batang
kemaluanku, juga ke kemaluannya. Sesekali dia juga ikut mengusap batang
kemaluanku dengan air ludah yang dikeluarkannya lagi di telapak tangannya. Aku
memandanginya dengan sayang. Dia juga seolah mengerti arti tatapanku itu. Aku
segera mengecup bibirnya. Dia membalas. Kami berpagutan sesaat. Kurasakan
batang kemaluanku bersentuhan dengan perutnya.
Ayo dicoba lagi..
Kali ini dipegangnya kepala kemaluanku. Ah Shhh
Dan.., Oogghhh aaahhh Shh
Kepala kemaluanku masuk perlahan. Sempit sekali lubang itu.
Kusodok lagi perlahan. Dia hanya bisa menggigit bibir dan mencengkeram
tanganku. Sesekali nafasnya kelihatan sesak. Namun ada juga desah liar
terdengar lirih.
Johnnhh aku benci.. kaaamu
Kusodok terus, sampai akhirnya semua batang kemaluanku
terbenam di liang kewanitaannya. Aku tahu itu sakit. Namun mau bilang apa,
nafsuku sudah di ujung tanduk.
Brengsek Johnhh.. baajingann.. kamu.. shhh oghh,
Aku tak peduli lagi umpatannya. Yang kurasakan hanya nikmat
persenggamaan yang benar-benar beda. Shhh.. shhh Johnhh Johnhh.
Kupeluk dia erat-erat. Goyanganku makin liar. Aku hanya bisa
mendengar dia mengumpat. Sesekali kupandangi wajahnya di sela nafasku yang
ngos-ngosan. Beragam ekspresi ada di sana. Ada kesakitan, ada dendam, tapi ada
juga makna sayang, dan gairah yang hangat.
Kulihat titik-titik darah mulai mendesak lubang sempit yang
tercipta antara batang kemaluan dan liang kewanitaannya. Seketika tagisnya
meledak. Johnhh bajingann.. kamuu jahatt.. kamu John.. ahhh.. uhh dia memukul
dadaku keras sekali.
Tangisnya makin menjadi. Aku iba juga. Kutarik kemaluanku
dari liang kemaluannya. Darah segar mengalir memenuhi lubang yang memerah padam
dan lecet. Kemaluanku kukocok sekuat tenaga ketika spermaku muncrat. Ahhh ahh
Air maniku memancar keras membasahi dada dan sebagian wajahnya. Dia menangis sesenggukan.
Nikmatnya memek perawan kamu Lin kataku tersenyum senang.
Aku langsung menjilati darah segar yang sudah membasahi
pahanya. Segera kugendong dia menuju kamar mandi. Di bibir bak, kududukkan dia.
Kuambil kertas toilet dan membasuhnya dengan air.
Kuusap darah yang ada di
sekitar kemaluannya dengan lembut. Darah di dadanya yang sudah mengering juga
kulap dengan hati-hati.
Kamu puas sekarang bukan begitu John? ejeknya di sela
tangisnya.
Aku terdiam. Aku merasa menyesal. Tapi mau bilang apa. Nasi
sudah menjadi bubur. Kubersihkan semua darah itu sampai tidak berbekas. Kujilati
lagi kemaluannya dengan lembut. Aku tahu, yang ini pasti tidak bisa ditolaknya.
Benar, dia mulai bergetar.
Dipegangnya tanganku dan diremasnya jariku. Tissue yang
kupegang dibuangnya, malah jemariku dituntunnya ke sepasang dada montok
miliknya. Ahhh shhh sekalian ajaa.. John.. hamili.. aku.. biar kamu.. lebih
puass katanya sambil mengangis lagi.
Aku sungguh tak mengerti. Terus terang di sana aku seperti
orang bodoh. Tapi dengan santai kujilati terus kemaluannya. Diraihnya batang
kemaluanku dan dikocok-kocoknya perlahan. Kemaluanku sudah terkulai.
Lama dia mencengkeram kemaluanku sampai akhirnya bangkit.
Nafsuku kembali membara.
Kugendong lagi dia, dan jatuh bersama di ranjang
empuk. Kami berpelukan dan berciuman lama sekali.
Kumasukkan lidahku ke dalam mulutnya, dan menjilati rongga
mulutnya. Entah berapa kali kami saling bertukaran air liur. Bagiku, air
ludahnya nikmat sekali melebihi minuman ringan apapun.
Ketika aku berada di
bawah, aku juga menelan semua liurnya tatkala dia meludahi mulutku.
Terserahlah,
apakah dia marah atau bagaimana. Sepanjang dia merasa bebas, aku melayaninya.
Hitung-hitung balas budi. Hehehe
Aku bergerak ke bawah, menjilati tiap inci sel kulitnya.
Lehernya bahkan kuberi tanda cupangan banyak sekali, walau aku tahu empat hari
lagi dia akan menikah. Peduli setan.
Ahh.. John hhhsshh.. yanghh.. itu.. nikhhmatt, serunya
tertahan ketika putingnya kusedot dan kujilati dengan bernafsu.
Tanganku merayap ke bawah dan membelai lubang kemaluannya
yang masih basah. Aku terus merangkak turun, menjilati perutnya dan mengelus
pahanya dengan nakal. Sesampainya di sela paha kubuka lagi kedua kakinya,
terkuaklah liang kemaluan yang kumakan tadi. Kali ini bentuknya sudah berbeda.
Lubangnya agak menganga seperti luka lecet, namun tidak berdarah. Segera kujilati
lagi untuk kesekian kalinya. Johnn.. enakhh.. nikmathh
Jari telunjukku kumasukkan lembut ke lubang itu sambil
menjilati kemaluannya sesekali. Aduhhh duh enaknyaa John.. jangan berhenti,
serunya sambil menggelinjang hebat. Pinggul itu bergerak liar mendesak mulutku.
Kutindih dia dan kuarahkan batang kemaluanku. Uhhh ssshh, serunya sesak ketika
batang kemaluanku kuhantamkan ke liang kenikmatan itu. Goyangan demi goyangan
membuat erangannya semakin ganas. Tentu saja aku semakin beringas. Siapa tahan.
Johnhhh bajiingann! untuk kesekian kalinya dia mengumpatku.
Entah apa maksudnya. Kali ini dia sangat menikmati permainan
(setidaknya secara fisik, entahlah kalau perasaannya). Kepalanya terlempar ke
sana ke mari dan nafasnya mendesah hebat.
Lin punyaahh.. kamuu assiikkh.. ahh, seruku ketika denyutan
liang kemaluannya terasa sekali menekan batang kemaluanku. Kubalik dia,
sehingga sekarang posisinya di atas.
John.. aku.. akan.. bunuh kamuu.. suatu.. saat..
Silakan.. saajahh
Kami berdua berbicara tak karuan.
Oughhh aihhh.. sshh, teriaknya menggelinjang sambil
mencabuti bulu-bulu dadaku. Aku merasa kesakitan. Tapi biarlah. Dia sepertinya
sangat menyukai.
Johnh kamu kamu dia tidak melanjutkan kata-katanya.
Tiba-tiba.., Johnhhh Johnhhh bajingan ah serunya keras
sekali, sambil menggoyang pantatnya dengan cepat dan menari-nari seperti kilat.
Bunyi becek di bawah sana menandakan dia kembali orgasme.
Tapi goyangannya
tidak surut.
Kucabut batang kemaluanku dan menyuruhnya membelakangiku
sambil berpegangan pada sisi ranjang. Kuarahkan batang kemaluanku dari belakang
dan, Oughhh oughhh oughhh oughhh tiap sodokanku ditanggapinya dengan seruan
liar.
Kugenjot terus sambil meremasi kedua susunya yang ikut
bergoyang. Lama kami pada posisi itu, tiba-tiba aku didorongnya dan dia berdiri
di hadapanku. Aku ditamparnya keras dan memelukku erat.
Ditariknya aku ke
ranjang dan memegang kemaluanku. Ditindihnya aku, dia sendiri yang
menghunjamkan kemaluanku ke liang kewanitaannya.
Rasakan nihhh bajingan shhhh, teriaknya sambil menari-nari
di atasku. Aku tahu dia akan orgasme lagi.
Aduh..Lin.. pekikku tertahan ketika sekarang dia malah
menggigit punggungku.
John John dia berseru kencang dan memeluk erat kepalaku di
dadanya. Kupeluk juga dia dan mengangkatnya. Kami berdiri di lantai. Dengan
posisi ini aku bisa menyodoknya dengan sangat keras. Kurapatkan ke dinding, dan
kupompa sekuat tenaga.
Lin ahshhh
Johnhhh
Aku mengeluarkan sperma di dalam kemaluannya. Dia memelukku
erat sekali. Kami berdua ngos-ngosan. Kuangkat dia ke ranjang. Kami terkulai
lemas. Kutarik kemaluanku yang melemah dengan pelan. Kutarik sprei itu karena
sudah berisi noda darah dan bercak cairan yang beragam. Kami tergeletak
berdampingan, tanpa pakaian.
John kamu berhutang padaku, suatu saat aku pasti menagihnya.
Hutang apa? tanyaku.
Dia tidak menjawab. Dengan perlahan dia memejamkan mata dan
tertidur. Kupandangi wajahnya yang cantik. Tampak lelah. Hmm beruntung sekali
calon suaminya. Kuelus rambutnya yang lurus indah dengan lembut. Kuciumi
keningnya dan kupeluk dia. Aku membenamkan wajahku di dadanya dan terlelap
bersama.
Besoknya kami bangun bersamaan, masih berpelukan. Aku sadar,
dia tidak punya pakaian lagi. Segera aku keluar dan pergi ke toko terdekat.
Kubeli T-shirt dan celana pendek. Ketika kembali ke kamar, dia membisu dan tak
mau menjawab pertanyaanku. Didiamkan begitu aku tak ambil pusing. Kupakaikan
T-shirt dan celana pendek ke tubuhnya. Dia masih tetap membisu.
Ayo pulang ajakku. Dia melangkah lunglai. Kugandeng dia ke
mobil, kududukkan di jok depan. Setelah isi kamar sudah kurapikan, aku langsung
menyetir mobil. Sepanjang jalan dia hanya diam membisu.
Lin aku tahu apa yang kamu rasakan. Tapi, satu hal yang aku
minta darimu jangan membenciku untuk apa yang kuperbuat. Bencilah kepadaku
karena aku bukanlah calon suamimu, kataku agak kesal dengan sedikit
berdiplomasi. Dia memandangku dengan gundah. Namun tetap membisu. Sampai di
daerah rumahnya pun dia tetap diam.
Oke.. Lin aku tak tahu apa yang kamu inginkan. Jika ada yang
ingin kamu utarakan, lakukanlah sekarang sebelum aku pergi. Dia hanya diam
membisu. Dipandanginya aku agak lama. Karena tidak ada jawaban, kudekati dia
dan kucium tangannya. Dia tidak bereaksi. Bye.. Lin.. Aku segera beranjak
pergi.
Empat hari kemudian aku memang secara diam-diam mendatangi
daerah rumahnya. Benar, dari informasi yang kudapat dia memang sedang
melangsungkan resepsi pernikahan di sebuah Resto mewah di pusat kota.
Tapi aku tidak pergi melihatnya. Siapa tahu itu hanya akan
jadi luka baru baginya. Pertemuanku terakhir dengannya terjadi di salah satu kafe
di Surabaya. Saat group-ku manggung, aku melihatnya duduk di depan bersama
seseorang (mungkin suaminya).
Lagu ini kupersembahkan buat seorang wanita paling indah
yang pernah mewarnai perjalanan hidupku, aku pun segera menyanyikan tembang Mi
Corazon dengan penghayatan yang dalam. Dia menikmatinya dengan tatapan syahdu
ke arahku. Tentu saja tak seorang pun pernah tahu, bahwa sesuatu pernah terjadi
di antara kami.
Sekarang setahun sudah lewat. Dia pernah juga meneleponku
dan bilang kalau dia sedang hamil tujuh bulan. Ketika kutanya dimana dia saat
itu, telepon segera ditutupnya. Well, ternyata aku pun sedang mengalami
pemerkosaan darinya.
Post a Comment