Cerita Seks Aku Memberikan Papiku Kepuasan
Cerita Seks Aku Memberikan Papiku Kepuasan
![]() |
Cerita Seks Aku Memberikan Papiku Kepuasan |
Dewa Poker - Aq boleh berbangga karena banyak sekali laki-laki dikampusku yg mengejarku bahkan ada yg terang-terangan ingin menjadikanku sebagai pacar mungkin aku di bilang sangat cantik disebabkan karena wajahku yg seperti campuran Cecilia Cheung dan almarhum Nike Ardilla, tetapi aq menolak karena aq ingin menuruti semua perintah orangtuaku untuk memilih kuliah daripada pacaran.
Diantara Papi dan mamaq, aq sangat mengagumi Papiku karena
dia termasuk orang yg gigih dalam bekerja dari situasi yg tdk memiliki apa-apa
menjadi seorang yg bisa dianggap cukup kaya. Tentu saja aq sebagai anakanya
bahagia dan salut kepada jiwa pantang menyerah Papiku itu.
Hal ini membuatku menjadi semakin akrab dan menumbuhkan
keinginan untuk mencari kekasih seperti Papiku yang tanggung jawab untuk
keluarga .
Mungkin hal ini pula yg membuatku tetap single karena tdk ada
laki-laki di kampusku yg seperti dia. Sejujurnya rata-rata laki-laki di
kampusku di Universitas xx (edited) yg aq kenal tdk mempunyai prinsip pemikiran
masa depan bahkan ada beberapa dari mereka lebih menyukai kenikmatan Narkoba yg
membuatku menjadi benci dengan mereka.
Pada suatu hari menjelang hari raya, ibuku pergi bersama
temannya untuk pergi keluar negeri dan aq hanya di rumah bersama Papiku (oh ya,
sebelum aq lupa, kami sekeluarga memiliki agama yg berbeda dan aq sendiri tdk
tahu bagaimana bisa terjadi). Sebelum pergi ke luar negeri, ibuku menyuruh
Papiku untuk menjagaku dan dirinya sendiri.
Setelah kepergian ibuku ke luar negeri bersama temannya,
Papiku menjadi lebih sering mengurung diri dan dia jarang sekali keluar rumah
sampai suatu ketika, aq iseng-iseng mengintip kegiatannya sehingga terjadi hal
yg indah tersebut. Suatu sore, aq curiga sama Papiku karena selama seharian dia
tdk keluar dari kamarnya dan aq takut terjadi apa-apa dengannya, sehingga aq
memutuskan untuk mengintip dari pintu kamarnya.
Ketika aq membuka pintu itu sedikit demi sedikit, aq sempat
terbengong ketika mendengar dan melihat Papiku sedang menonton Blue Film dengan
posisi setengah telanjang. Kulihat dengan jelas bahwa Papiku sedang mengocok
penisnya dengan penuh ritme kemaluannya yg tdk begitu terlihat olehku karena
dia sedang membelakangiku saat itu aku terasa kaget bangat.
Desahan Papiku yg bercampur oleh suara TV membuatku mengalami
perasaan gelisah (mungkin aq menjadi terangsang barangkali ya) sehingga pintu
menjadi terbuka lebar dan Papiku cepat-cepat menghentikan aksinya dan mematikan
TV.
Dia sempat marah karena aq mengganggu aktifitasnya. Aq merasa
bersalah dan aq menanyakan apa yg bisa kuperbuat untuknya. Akhirnya dia
menjawab bahwa aq mesti dihukum dengan menuruti kemauannya dan aq tentu saja
menolaknya karena bagaimanapun dia adalah Papi kandungku. Melihat penolakanku,
Papiku tampaknya kesal dan hanya mencuekiku saja dan kembali menonton film itu
tanpa peduli bahwa anaknya satu-satunya berada di dekatnya.
Selama film itu berlangsung, aq hanya diam saja dan aq
tampaknya sudah terbuai dengan film itu karena aq sempat menelan ludahku
berkali-kali dan aq merasakan CDku sudah basah oleh cairan kewanitaanku apalagi
disaat aq kembali melihat Papiku mengocok kemaluannya yg semakin lama semakin
besar.
Entah setan dari mana, aq tiba-tiba saja memeluknya dari
samping dan menempelkan toketku di tangannya. Papiku berhenti dan memandangku,
dia tdk menolak, tdk berkomentar apapun. Dari dekat wajahnya sudah tampak
guratan-guratan kulit tuanya, dihiasi kumis yg mulai tampak uban satu dua.
Tampaknya beliau salah tingkah harus bersikap apa, aq kan anaknya.
Beliau tampak memandangiku dan perlahan-lahan menggerakkan
tangannya menjamah toketku dan meremasnya perlahan sekali. Aq jadi agak risih,
meskipun tdk menolak juga. Dia menangkupkan telapak tangannya di gunung itu dan
menekannya sambil meremasnya. Caranya agak lain tetapi entah kenapa aq
merasakan sesuatu yg lain yg mulai mengaliri tubuhku.
Untuk orang seumur Papiku kemaluannya mungkin terlihat masih
kokoh. Panjangnya mungkin sekitar 17 atau 18 cm, agak tebal kulitnya, terus ada
urat besar di sisi kiri dan kanan yg terlihat seperti ada cacing di dalam
kulitnya. Kepala batangnya tampak kompak (ini istilahku!), penuh dan agak berkerut-kerut.
Garis lubangnya tampak seperti luka irisan di kepala kemaluannya.
Aq memegangnya perlahan, terasa ada sedikit kedutan terutama
di bagian uratnya. Lingkaran genggamanku tampak tak tersisa memenuhi lingkaran
batangnya. Ternyata beliau memang hebat meski sudah berumur. Aq mulai
menggerakkan tanganku mengocok batangnya itu, saat itu yg terpikir segeralah
beliau ejakulasi terus menyelesaikan urusan lainnya.
Eh tdk tahunya setelah beberapa lama, Papiku bangkit dan
mendorongku perlahan-lahan sehingga berbaring di ranjang. Beliau bangkit dan
mengunci pintu. Aduh jangan.. jangan.. Entah terpengaruh apa, aq sudah tdk
ingat lagi batasnya. Papiku perlahan-lahan menggeraygi tubuhku dimulai dari
toketku. Beliau menarik kaos ketat dan bra-ku ke atas sehingga berada di atas
gundukan toketku yg menyebabkan toketku terlepas dan tanpa perlindungan.
Jemarinya mulai meremas-remas toketku dan memilin-milin putingnya.
Saat itu separuh tubuhku masih belum total terhanyut tetapi
ternyata Papiku jagoan juga dan mungkin karena alasan ini ibuku menyayginya.
Dalam waktu mungkin kurang dari 10 menit aq mulai mengeluarkan suara mendesis
yg tak bisa kutahan. Kulihat dia tersenyum. Dan menghentikan aktivitasnya.
Tiba-tiba aq merasakan sabuk celanaku dibuka.
Belum selesai berpikir aq merasakan hawa dingin AC di kulit
pahaku yg artinya celanaku telah lepas. Beberapa saat kemudian aq merasakan
tarikan lembut di pahaku yg berarti CDku pun telah dilepas. Aq masih terhanyut
oleh rasa nikmat dari Papiku di toketku tadi dan tak tahu harus bagaimana.
Tiba-tiba aq merasakan sepasang jemari menjembeng (membuka ke
kiri dan ke kanan) bibir-bibir kemaluanku. Dan yg dahsyat lagi aq merasakan
sebuah benda tumpul dari daging mendesak di tengah-tengah bentangan bibir itu.
Aq mulai sedikit panik karena tdk mengira akan sejauh ini tetapi tentu saja aq
tdk bisa berbuat apa-apa karena aq sendiri yg memulainya tadi dan juga aq
sangat mengagumi Papiku dan sangat menyayginya.
Sementara itu penis Papi kandungku mulai mendesak masuk
dengan mantap. Untuk orang seusia dia, boleh juga. Aq mulai merasakan perasaan
penuh di kemaluanku dan semakin penuh seiring dengan semakin dalamnya batang
itu masuk ke dalam liangnya. Sedikit suara lenguhan kudengarkan dari beliau
ketika seluruh batang itu amblas masuk.
Aq sendiri tdk mengira batang sebesar dan sepanjang tadi bisa
masuk seluruhnya. Rasanya seperti terganjal dan untuk menggerakkan kaki saja
rasanya agak susah. Sesaat keherananku yg sama muncul ketika melihat film biru
dimana adegannya seorang cewek berada di atas cowoknya dan bisa bergerak naik
turun dengan cepat. Padahal ketika seluruh penis itu masuk, bergerak sedikit
saja terasa aneh bagiku.
Beberapa saat kemudian Papiku mulai menarik perlahan penisnya
dan aq merasakan gesekan yg terasa agak geli di dinding lubangku. Sedikit demi
sedikit aq mulai merasa nyaman. Beliau terus bergerak dan sayang belum sampai
10 gerakan tusuk dan tarik, beliau menarik penisnya dan mengocoknya sendiri dan
mengarahkannya ke meja yg tdk jauh dari ranjangnya. Sementara aq sendiri masih
dalam kondisi menggantung, ketika semprotan-semprotan ganas itu terlontar
seperti semprotan pemadam kebakaran.
Papiku tampak melenguh-lenguh tertahan ketika dari ujung
kemaluannya menyemprot-nyemprotkan tak kurang dari 8 kali semprotan cairan putih
kental, padahal tangannya hanya bergerak mengocok sekali untuk dua kali
semprotan.
Tampak dahsyat sekali yg dialami Papiku. Sementara aq sendiri
betul-betul masih menggantung, posisiku bahkan belum berubah, mengangkang di
ranjang, sehingga dari sebelah meja kerja Papiku pastilah selangkanganku tampak
terlihat jelas.
Papiku duduk di ranjang di depanku sambil memegangi kepala
kemaluannya yg tampak memerah. Diliriknya selangkanganku terus di rebahkannya
dirinya di sana. Beberapa saat berlalu. Tiba-tiba di tengah kegamanganku,
kesadaran moralku muncul. Aq bangkit dan mengambil pakaianku, memakainya
cepat-cepat, merapikan rambut, terus duduk menunduk. Dan berucap,
“Aq minta maaf Pa, aq nggak sengaja!” Papiku hanya tersenyum
kepadaku dan langsung menjawab ucapanku tadi.
“Bantuin aq membersihkan ini, ya!” dia mengambil kain dan
tissue dan mulai membersihkan sisa-sisa di atas meja dan sofa tadi.
Aq mengambil tissue dan mulai ikut membersihkan, sekali aq
memandanginya dan tanpa sadar beliau memandang balik dan kami saling
berpandangan beberapa lama.
Setelah bersih aq berniat keluar kamarnya untuk mandi. Entah
kenapa, dia membukakan pintu, dan sebelumnya dia membisikkan kata-kata ini.
“Terima kasih anakku sayang, maaf Papi terlalu cepat, mungkin
habis kamu mandi aq bisa memperbaikinya, kamu mandi dulu gih dan Papi juga mau
mandi nih.
” Hahh.. habis mandi? Ya.. ampun..! Masih dengan perasaan
menggantung, aq berjalan menyusuri ruang tengah itu dan menuruni tangga untuk
menuju ke kamar mandi untuk mandi.
Setiap gerak langkah kakiku menggesekkan perasaan geli dan
entah apa yg membuatku kadang-kadang menggelinjang sendiri. Mungkin karena
sebenarnya aq pun menyimpan keinginan itu di bawah sadar sehingga -sama seperti
Papiku- ketika ada penyaluran yg dibutuhkan adalah penyaluran total.
Ketika aq mandi, terlupakan sudah perasaan menggantung tadi,
meskipun kadang-kadang kalau secara tdk sengaja saat mandi, menyabuni
selangkanganku terasa begitu nyaman. Tiba-tiba saja rasa was-was muncul di
hatiku, jangan-jangan aq mengidap kelainan (maksudku Papiku kan hampir 20 tahun
lebih tua dariku, dan aq bernafsu padanya!).
Atau mungkin hanya karena ‘itunya’ Papiku yg tampak mempesona
apalagi aq baru pertama kali merasakan kemaluan laki-laki (aq kehilangan
perawan ketika waktu aq masih kecil karena aq suka sekali naik sepeda dan aq
pernah jatuh dari sepeda sehingga hal ini merusak perawanku dan itu mungkin
kenapa aq tdk mengeluarkan darah perawan ketika berhubungan dengan Papiku).
Sampai suatu saat aq merasakan beberapa jemari meraba toket
dan paha bagian dalamku. Aq segera tersadar tapi Papiku telah merangkul anak
kandungnya sendiri secara erat dari belakang. Entah bagaimana aq telah berada di
pangkuannya di atas toilet bowl. Pantatku terasa sedang menduduki sesuatu yg
keras.
Sementara tangan satunya sedang mengelus bagian paha dalamku
hanya sekian centimeter dari area kemaluanku.
“Pa.. jangan.. Tolong.. Pa!” Entah bagaimana kedengarannya
kalimatku tadi, bernada menolak atau malah terhanyut.
Yg pasti sentuhan di kedua titik tererotis dari tubuhku itu,
seperti mengalirkan daya penghanyut yg dahsyat. Jadi sementara sebagian akalku
menolak perbuatan papiku itu, seluruh tubuhku yg lain mulai terhanyut total.
Ketika dari bibirku keluar kalimat-kalimat penolakan dan
tanganku mulai bergerak memberontak, seluruh bagian yg tubuh yg lain malah
pasrah dan terutama pahaku yg mulai terasa kesemutan mengiringi rasa seperti
ingin kencing dari selangkanganku setiap kali jemari papiku menyapu seluruh
permukaan kemaluanku yg tertutup oleh bulu-bulu pubic-ku yg banyak dan halus.
Akhirnya kira-kira seperempat jam kemudian seluruh tubuhku
hanyut luruh, bahkan dari bibirku keluar suara mendesis dan rengekan manja setiap
kali Papiku berbuat sesuatu di bagian tubuhku tadi.
Mungkin kelebihan dari mereka yg telah berumur seperti Papiku
di antaranya ialah kesabarannya dalam melakukan seluruh proses hubungan intim,
tdk asal ingin segera menyelipkan itunya saja seperti kebanyakan anak-anak muda
dan hal ini yg akhirnya membuat saya menjadi tergila-gila bersenggama dengan
orang yg berusia seperti Papiku.
Aq menyandarkan punggungku di atas dadanya. Sementara itu
terasa bagiku sebuah silinder panjang, keras dan hangat, berdenyut-denyut di
antara kedua bongkahan pantatku.
Papiku menghentikan aktivitasnya dan berbisik lagi,
“Kita ke kamar saja ya!” Beliau mendorongku berdiri dan
merangkulku, terus menuntunku masuk ke dalam kamarku yg letaknya bersebelahan
kamar mandi itu.
Aq seperti tak berdaya mengikuti apa saja yg dilakukannya.
Ada dorongan yg sangat kuat mengalahkan segala energi
penolakanku. Dibaringkannya aq ditepi ranjang, separuh paha dan kakiku masih
terjuntai di lantai sehingga hanya punggung sampai pantat saja yg berbaring di
ranjang.
Entah bagaimana rasanya laki-laki melihat seorang wanita
telanjang bulat dalam keadaan pasrah (siap disenggamai) berbaring dalam posisi
seperti posisiku saat itu? Yg pasti aq melihat Papiku seperti tertegun beberapa
saat memandangiku.
“Kamu memang sempurna anakku sayang.” Aq melihat beliau
melepas kaos oblongnya sehingga dapat kulihat tubuh ceking putih itu.
Dalam keadaan seperti itu kulihat bahwa dari balik celana
pendeknya tampak kemaluannya sudah menegang terlihat dari mencuatnya batangnya
itu sehingga terlihat menonjol. Kemudian dibukanya juga celana pendeknya itu
sehingga terlihat ayunan batang panjang dan besar itu tampak memerah kepalanya
tegak mengacung ke depan di antara kedua pahanya yg ceking.
“Paaa..” aq bahkan tdk tahu memanggilnya untuk apa.
Sambil berlutut mendekatkan tubuhnya di antara pahaku, Papiku
berbisik,
“Sstt.. kamu diam saja, nikmati saja!” katanya sambil dengan
kedua tangannya membuka pahaku sehingga selangkanganku terkuak tepat menghadap
pinggulnya karena ranjangnya itu tdk terlalu tinggi. Itu juga berarti bahwa
sekian saat lagi akan ada sesuatu yg akan menempel di permukaan kemaluanku.
Benar saja, aq merasakan sebuah benda tumpul menempel tepat
di permukaan kemaluanku. Tdk langsung diselipkan di ujung lubangnya, tetapi
hanya digesek-gesekkan di seluruh permukaan bibirnya, membuat bibir-bibir
kemaluanku terasa monyong-monyong kesana kemari mengikuti arah gerakan kepala
kemaluannya.
Tetapi pengaruh yg lebih besar ialah aq merasakan rasa nikmat
yg benar-benar bergerak cepat di sekujur tubuhku dimulai dari titik gesekan
itu. Beberapa saat Papiku melakukan itu, cukup untuk membuat tanganku meraih
tangannya dan pahaku terangkat menjepit pinggulnya. Aq benar-benar menanti
puncak permainannya.
Papiku menghentikan aktivitasnya itu dan menempelkan kepala
kemaluannya tepat di antara bibir labia mayora-ku dan terasa bagiku tepat di
ambang memekku. Aq benar-benar menanti tusukannya. Oh.. God.. please! Tdk ada
siksaan yg lebih membuat wanita menderita selain dalam kondisiku itu.
Yg wanita dan yg sudah pernah melakukan senggama dan
menikmatinya, pasti setuju, ya nggak! Akhirnya Papiku benar-benar mendorongkan
pinggulnya mendorong terkuaknya memekku oleh penisnya. Sedikit demi sedikit aq
merasakan terisinya ruangan dalam liang kemaluanku.
Aq benar-benar tergial ketika merasakan kepala kemaluannya
mulai melalui area G-spot-ku, diikuti oleh gesekan dari urat-urat batangnya
setelahnya. Aq hanya mengangkang merasakan desakan pinggul Papiku membuka
pahaku lebih lebar lagi.
“Papi..!” lagi-lagi hanya kata itu yg terucap dari bibirku.
Sedikit bergetar aq ketika mengucapkannya. Saat itu seluruh
penis Papiku telah amblas masuk seluruhnya di dalam liang kemaluanku. Tanpa
sengaja aq terkejang seperti menahan kencing sehingga akibatnya seperti meremas
penis Papiku.
Beliau bahkan belum lagi bergerak.
“Aduhh.. Jessica sayang.. kamu.. hebat sekali!” Papiku ikutan
menegang, mungkin akibat kejangan tadi.
Beliau mencengkeramkan kedua tangannya di pinggulku, terasa
sedikit kukunya di ujung kulitku. Tapi itu hanya rasa yg kecil saja
dibandingkan apa yg terjadi tepat di tengah-tengah tubuhku saat itu. Kakiku
masih menjuntai di lantai karpet kamarnya itu.
Tanganku memegangi lengannya yg mencengkeram pinggulku. Aq
mencakarnya ketika beliau menarik kemaluannya dan belum sampai tiga perempat
panjangnya kemudian menghunjamkannya lagi dengan kuat. Aq nyaris menjerit
menahan lonjakan rasa nikmat yg disiramkannya secara tiba-tiba itu.
Begitulah beberapa kali Papiku melakukan hujaman-hujaman ke
dalam liang terdalamku tersebut. Setiap kali hujaman seperti menyiramkan rasa
nikmat yg amat banyak ke tubuhku. Aq begitu terangsang dan semakin terangsang
seiring dengan semakin seringnya permukaan dinding memekku menerima
gesekan-gesekan dari urat-urat penis Papiku yg seperti akar-akar beringin yg
menjalar-jalar itu.
Mungkin karena tenaganya yg mungkin sudah tdk sekuat masa
mudanya. Biasanya kalau orang bersenggama itu semakin lama semakin cepat
gerakannya, Papiku malah semakin melambat sampai pada sebuah irama gerakan yg
konstan tdk cepat dan tdk lambat.
Tapi anehnya justru bagiku aq semakin bisa merasakan setiap
milimeter permukaan kulit kemaluannya. Pada tahap ini, seperti sebuah tahap
ancang-ancang menuju ke sebuah ledakan yg hebat, aq merasakan pahaku mulai
seperti mati rasa seiring dengan semakin membengkaknya rasa nikmat di area
selangkanganku.
Aq mulai mengejang, kedua tanganku meremas-remas lengannya
sesekali mencakarnya, disertai jatuhnya tetesan keringat di dada dan perutku.
Aq mulai tdk terkontrol lagi, suaraku terdengar keras sekali. Aq tak perduli
lagi. Aq mulai secara tak sadar seperti memerintah Papiku.
“Cepatlah.. hh.. Papi.. Jessica sayang sama Papii!” sambil berkata
demikian aq bangkit dari berbaringku dan menjepit pinggul Papiku dengan kedua
pahaku sementara betisku kuangkat.
Aq meraih pinggul Papiku dan menggerak-gerakkannya secara
kasar. Papiku seperti kedodoran menanganiku saat itu, beliau terengah-engah mengikuti
gerakan tanganku di pinggulnya. Tapi seperti kuceritakan di atas, beliau luar
biasa sekali saat itu. Bayangkan ini sudah hampir 20 menit, beliau terus
bergerak kontinyu sampai pada suatu titik.
“Ahh.. Paaa.. hh..” (aq tdk bisa bercerita lagi pada bagian
ini, kakiku mengejang, pinggulku terasa kesemutan rasa nikmat, nafasku memburu
cepat, detak jantungku terasa cepat sekali, sementara di bawah sana aq terus
merasakan gesekan-gesekan kuat dan mantap dari Papiku).
Ketika usai, aq masih berbaring di ranjang tetap dengan
posisi seperti tadi, tapi kali ini lemas sekali. Lemas yg sangat melegakan
tubuhku, seperti separuh tubuhku telah menguap. Aq memandangi langit-langit dan
masih tetap belum bisa berpikir jernih. Tiba-tiba aq mendengar bisikan dan sentuhan
kulit basah di sampingku.
“Jessica anakku, bantuin Papi ya.. menyelesaikan ini!” Aq
melirik ke samping dan yg pertama kulihat sebuah batang mengkilat yg tegak
mengacung ke atas, separuh pangkalnya tergenggam oleh tangan keriput Papiku.
Beliau berbaring tepat di sampingku dan kelihatannya masih
belum ejakulasi. Gila apa ini? Papiku menarik tangan kiriku dan
menggenggamkannya di penisnya itu dan mengarahkannya untuk menggerak-gerakkan
kocokan.
Aq mengikuti saja, tubuhku masih lemas sekali termasuk kedua
tanganku. Jadi kugerakkan saja sekuat tenaga tangan kiriku menggerak-gerakkan
kocokan dengan tangan kiri, pandanganku masih ke atas langit-langit.
Aq tdk perduli, pokoknya aq seperti menggerakkannya dengan
cepat, hingga tak berapa lama kemudian, aq merasakan raupan tangan di dadaku,
dan beberapa saat kemudian suara erangan disertai tetesan cairan hangat dan
lengket di perut dan seluruh dadaku.
Sementara itu di telapak tangan kiriku aq merasakan seperti
pompaan-pompaan cepat dan kuat yg mengalir dengan cepat dari dalam tubuh Papiku
keluar dengan kuat dari ujung lubang penisnya yg karena gerakanku mengocok,
mengarahkan semprotan ke atas dan jatuh di atas tubuhku. Sensasi dari rasa
hangatnya aq rasakan di seluruh kulit tubuhku, diperkuat dengan suara erangan
tua dari mulutnya.
Setelah ia klimaks, kami akhirnya sama-sama tertidur dan saya
tertidur di atas dadanya yg masih bidang, sungguh pengalaman yg tdk terlupakan.
Kami akhirnya selalu melakukan perbuatan itu sampai sekarang apalagi mamiku
masih berada di luar negeri sekarang jadinya kita bebas melakukannya. Papi,
jika papi baca ini, Jessica sayang papi.
Post a Comment